TEMPO.CO, Samarinda - Sungai Mahakam saat ini bercampur dengan air laut akibat kemarau yang melanda Kota Samarinda dan sekitarnya. Dampaknya, Perusahaan Air Minum (PDAM) setempat harus menghentikan produksi air bersih karena air baku Sungai Mahakam yang sudah bercampur air asin tak bisa diolah.
Direktur PDAM Kota Samarinda Alimudin mengatakan, pihaknya terpaksa menghentikan produksi air di enam Instalasi Pengolahan Air (IPA) dari 13 IPA yang dimiliki PDAM. Umumnya, kata dia, IPA yang dihentikan beroperasi di muara Sungai Mahakam.
"Sempat empat hari kami hentikan operasinya, tapi mulai hari ini sudah beroperasi lagi," kata Alimudin, Senin, 14 September 2015.
IPA Palaran merupakan kali pertama yang dihentikan produksinya. IPA ini letaknya paling dekat dengan laut dari Kota Samarinda. Di wilayah kota, menurut Alimudin, juga sempat dihentikan distribusi air bersih.
Menurut Alimudin, intrusi air laut sesuai siklus alam terjadi dua kali dalam sebulan. Intrusi sangat dipengaruhi pasang-surut air laut. Namun demikian, saat ini Kota Samarinda yang masih memasuki musim kemarau masuknya air laut semakin parah.
Menurut dia, dorongan air sungai di bagian hulu Sungai Mahakam yang bisa menetralisasi Sungai Mahakam. "Puncak pasang air laut sudah selesai, sekarang sudah normal lagi. Semua IPA sudah kami operasikan, di kota sejak tadi malam sudah normal," kata dia.
Kondisi di kota tidak demikian yang dialami warga di Kecamatan Sambutan, Samarinda. Distribusi air ke pelanggan sudah tak lagi terjadi sejak dua pekan terakhir. Warga mulai kesulitan air bersih karena stok air bersih sudah habis.
Kondisi ini dimanfaatkan para penjual air bersih. Mereka menjual dengan menggunakan mobil pikap dengan takaran 1.200 liter. Harga yang sebelumnya Rp 70 ribu kini harganya berlipat-lipat.
"Sekarang Rp 200 ribu per 1.200 liter, katanya sih susah cari airnya terus yang minta banyak," kata salah seorang warga Kelurahan Sambutan.
Di kawasan permukiman ini ada sebuah penampungan air bersih milik PDAM yang khusus mendistribusikan ke rumah-rumah warga di Sambutan dan sekitarnya. Namun sejak sepekan terakhir, penampungan ini tak lagi menerima kiriman air dari IPA Selili.
FIRMAN HIDAYAT