TEMPO.CO, Bengkulu - Devendus, 28 tahun, perajin akik asal Kelurahan Dusun Besar, Kecamatan Singgaran Pati, Kota Bengkulu, terpaksa menanggung utang puluhan juta rupiah akibat lesunya bisnis akik beberapa bulan terakhir.
"Saya terlalu bernafsu, waktu sempat merasakan untung besar dari akik, akibatnya sekarang saya terlilit utang puluhan juta," kata pria beranak satu ini kepada Tempo, Senin, 14 September 2015.
Devendus mengaku memiliki ratusan kodi batu akik siap jadi lengkap dengan gagang cincin di rumahnya. Ia tidak tahu harus menjual ke mana batu cincin tersebut. Berbagai tempat telah ia datangi, malah dijual dengan harga miring pun tidak ada yang bersedia membeli.
"Sebagian batu-batu kualitas premium saya titipkan kepada beberapa penampung, ada yang sama saudara di Jakarta, tapi sampai sekarang tidak ada kabar," ujarnya.
Devendus mengatakan, jika saja tidak terlalu bernafsu meminjam uang kepada rentenir untuk membeli gagang cincin dan upah asah, mungkin saat ini ia dan keluarga tidak harus menanggung utang besar.
Tapi ia mengatakan saat itu sang bos, yang biasa mengambil batu cincin darinya, bersedia membayar berapa pun batu yang ia buat. Biasanya, untuk satu kodi batu tersebut dihargai Rp 1,5 juta, dengan keuntungan bersih sebesar Rp 1 juta jika mengasah sendiri.
Sebelumnya, setiap minggu, Devendus menghasilkan batu sebanyak 5 kodi, sehingga mampu meraup keuntungan sebesar Rp 5 juta. "Belum lagi keuntungan dari batu yang saya beli dari pengasah lain, setiap kodinya saya dapat untung sekitar 500 ribu," ucapnya.
Manis dari kerasnya bisnis batu akik ini hanya dirasakan Devendus beberapa bulan saja. Kini sang bos, yang biasa menampung barangnya, bangkrut akibat tidak lakunya batu-batu tersebut.
"Sekarang untuk menyambung hidup dan membayar utang-utang saya gali lubang tutup lubang," katanya.
PHESI ESTER JULIKAWATI
Video Heboh Batu Akik: