TEMPO.CO, Jakarta - Korban penembakan orang tidak dikenal di perbatasan Papua Nugini (PNG) akhir pekan lalu dan masih dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, Jayapura, Papua, mengatakan pelaku penembakan terhadap dia dan dua warga negara Indonesia lain yang masih disandera menggunakan senjata api laras panjang.
"Pelakunya tiga orang dengan membawa senjata api laras panjang," kata Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Teguh Puji Rahardjo, mengutip penjelasan korban bernama Kuba, kepada Tempo, Senin, 14 September 2015.
Selain membawa senjata api laras panjang, pelaku membawa panah dan berpakaian hitam bercampur putih. Adapun ciri-ciri fisik pelaku adalah memiliki rambut dan warna kulit seperti ras Melanesia.
Meski sudah mengetahui ciri-ciri para pelaku berdasarkan penjelasan korban, Teguh mengaku belum mengetahui identitas pelaku. Sejauh ini, aparat keamanan fokus pada penyelamatan dua WNI yang disandera para pelaku.
"Kami masih memonitor proses pelepasan dua warga Indonesia oleh PNG Army (angkatan bersenjata Papua Nugini) melalui Konsulat kita di Vanimo," ucap Teguh.
Konsulat RI di Vanimo terus melakukan koordinasi dengan militer Papua Nugini terkait dengan upaya pembebasan dua WNI yang dijadikan sandera oleh kelompok bersenjata di Skouwtiau, Distrik Kerom, Papua Nugini. Mereka adalah Sudirman, 28 tahun, dan Badar, 20 tahun. Keduanya merupakan penebang yang bekerja di sebuah perusahaan penebangan kayu di Papua Nugini.
Menurut Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri M. Iqbal, komunikasi tersebut intens dilakukan, terutama dengan militer yang ada di sekitar lokasi kejadian. “Dalam beberapa hari ke depan, diharapkan upaya penyelamatan tersebut membuahkan hasil yang baik,” ujarnya.
Iqbal juga menyatakan di wilayah tersebut memang terdapat ribuan WNI yang bekerja di perusahaan logging. Mereka direkrut secara resmi oleh agen-agen penyalur tenaga kerja. “Kondisi keamanan mereka menjadi perhatian kita, karena lokasi kerja mereka di hutan pedalaman yang sulit dicapai,” kata Iqbal.
MARIA RITA