TEMPO.CO, Medan - Muhammad Thayib sempat tak ikhlas melepas istrinya, Painem binti Dalio, berangkat ke tanah suci. Sepekan sebelum keberangkatan ke Arab pada akhir Agustus lalu, perasaan Thayib tak tenang. "Saya sempat heran dengan diri saya sendiri yang seperti tidak ikhlas melepas keberangkatan istri saya. Namun karena tujuannya ibadah, saya akhirnya mengikhlaskan," tutur Thayib kepada Tempo di rumah duka, Sabtu 12 September 2015.
Firasat itu menjadi terang bagi Thayib Sabtu pagi tadi. Sekitar pukul 07.30 tiba-tiba dirinya mendapat telepon dari pemilik Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Arraudah Medan, Ilyas Salim. Ilyas mengabarkan bahwa sang istri tewas dalam peristiwa jatuhnya alat angkut berat (crane) di Masjidil Haram, Jumat kemarin. "Pak Ilyas Salim juga pimpinan rombongan Kloter 8 yang diberangkatkan Pemerintah Kota Medan," ujarnya.
Dalam komunikasi singkat itu, Ilyas menjelaskan bahwa istrinya tewas bersama sahabatnya sejak remaja, Saparini binti Baharuddin. "Mereka berdua memang sudah berjanji akan berangkat haji tahun 2015. Istri saya dan Saparini selalu berdua kemanapun pergi termasuk acara keagamaan," ujar Thayib.
Thayib mengatakan, istrinya terakhir kali memberi kabar pada Kamis malam Jumat sekitar jam 01.00 dinihari waktu Indonesia. Kepada Thayib, Painem berpesan agar menjaga dengan baik anak mereka." Istri saya berpesan, ayah jaga anak-anak dengan baik. Hanya itu pesannya kepada saya," tuturnya.
Pantauan Tempo di rumah almarhumah Painem dan Saparini, ratusan pelayat warga sekitar Kelurahan Mabar berdatangan. Tenda dan kursi disusun untuk tempat tamu yang memanjatkan doa untuk keduanya. Menurut Thayib, istrinya akan dikebumikan di Makkah." Saya ikhlas istri saya pergi meninggalkan kami, apalagi di Tanah Suci dan dihari baik Jumat," ujar Thayib.
Baca Juga:
Sebelumnya, sebuah crane jatuh di Masjidil Haram menimpa ratusan jamaah haji. Berdasarkan data Kementrian Agama, 37 orang jamaah Indonesia menjadi korban. Dari jumlah itu, enam diantaranya dipastikan tewas.
SAHAT SIMATUPANG
Video Terkait: