INFO NASIONAL - Kabut asap menjadi persoalan besar di Pontianak, Kalimantan Barat, sejak awal September lalu. Akibatnya, jarak pandang dan gangguan kesehatan menjadi dampak negatif yang disebabkan oleh kabut asap ini.
Gangguan kabut asap ini membuat Saffana Rizqi Qinthara prihatin sekaligus cemas. Saffana, siswa kelas VI Sekolah Dasar Muhammadiyah 2 Pontianak, mencoba memaparkan kekhawatirannya ini di depan Presiden Joko Widodo, di Jakarta, Rabu (9/9) lalu. Saffana adalah salah satu dari 18 besar pemenang Kalbe Scientist Award, yang berkesempatan bertemu Presiden di Istana Negara. Presiden pun menaruh perhatian besar, dan bertanya bagaimana cara Saffana mencari solusinya.
Baca Juga:
Saffana lantas membuat alat untuk mendeteksi kabut asap. Dalam pemaparannya, Saffana mengatakan, kalau ada asap, alarm akan langsung berbunyi, katanya pada Presiden Jokowi. Karyanya diberi judul Alat Pendeteksi Dini Asap Kebakaran Lahan dan Hutan. Selama dua pekan Saffana membuat alat pendeteksi asap yang terdiri dari serangkaian sirkuit elektronik. Bagian terpenting dari alat ini adalah penggunaan perangkat timer (IC NE 555). Asap yang ditangkap sensor, kemudian memicu alarm berbunyi keras. Membuat peringataan sedini mungkin sebelum bencana kabut asap melanda.
“Alat ini dapat dipasang di lahan perkebunan, hutan, maupun perumahan. Jadi jika ada kebakaran hutan atau lahan dapat segera diketahui dan kemudian dilakukan pemadaman,” ujar Saffana yang mengaku sempat mengalami kegagalan dalam membuat alat pendeteksi asap ini.
Karya Saffana ini menjadi salah satu pemenang terbaik Kalbe Junior Scientist Award 2015 yang diselenggarakan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe). Kegiatan yang sudah dilakukan sebanyak lima kali ini juga menelurkan delapan pemenang lainnya. Sedangkan delapan ilmuwan belia kelas 4-6 Sekolah Dasar yang masuk babak final KJSA dinobatkan sebagai pemenang unggulan.
Baca Juga:
Presiden Direktur Kalbe, Irawati Setiady, mengungkapkan betapa pentingnya meningkatkan dunia sains dari mulai usia dini sampai ke tingkat yang lebih tinggi. “Harapannya, masyarakat semakin menyadari betapa besar peranan sains dalam mendukung terciptanya kemajuan berkelanjutan, kemandirian serta kemakmuran dari suatu bangsa,” ujar Irawati.
Menurutnya, jika anak-anak usia dini diajarkan untuk berpikir kritis tentang alam dan lingkungan, maka dia akan terbiasa saat dewasa nanti. “Kami bangga dan salut atas prestasi serta karya para peserta. Jadilah generasi penerus bangsa yang berprestasi hingga di masa mendatang,” tutur Irawati.
Penyelenggaraan KJSA tahun ini berhasil menerima 881 karya yang berasal dari 22 provinsi. Pada seleksi pertama terpilih 18 finalis KJSA yang telah melakukan penjurian pada 7-8 Agustus 2015 di PP Iptek Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Dari 18 finalis, selanjutnya dipilih sembilan pemenang dengan karya terbaik yang diumumkan PP Iptek TMII, Kamis (10/9) siang lalu.
Seluruh finalis bersama guru pembimbing juga berkesempatan bertemu langsung dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, di Istana Negara pada 9 September 2015. Presiden menegaskan, sebagai negara besar kita harus memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia. Di hadapan ilmuwan belia, Presiden menegaskan,“Kalau dimulai dari anak-anak, kita akan menjadi bangsa yang maju.”
Ketua Panitia Kalbe Junior Scientist Award 2015, Arief Nugroho, mengatakan seluruh pemenang KJSA telah melewati proses penjurian yang sangat ketat. Mereka juga telah mempresentasikan hasil karya atau penelitiannya langsung di depan dewan juri. “Kami berharap kegiatan KJSA ini dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak Indonesia yang lain untuk mampu berpikir kreatif dan mampu menerapkan sains dalam memecahkan persoalan mereka sehari-hari,” ujar Arief.
Pemberian penghargaan ilmuwan terbaik ini diberikan oleh Menteri Ristek dan Dikti yang diwakili oleh Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Ristek dan Pendidikan RI, Muhammad Dimyati. Dimyati mengaku salut dan bangga atas inovasi yang dihasilkan ilmuwan-ilmuwan belia. Apalagi peserta kali ini tidak hanya datang dari Pulau Jawa, tapi juga meluas ke daerah-daerah lain hingga ke Papua.
Dimyati juga mendorong para ilmuwan belia ini untuk terus melakukan penelitian hingga dewasa nanti. “Hanya dengan penelitian-penelitian yang inovatif kita dapat mencapai lompatan besar ke kehidupan yang lebih sejahtera,” kata Dimyati.
9 Peneliti Terbaik Kalbe Junior Scientist Award 2015