TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Ajun Komisaris Besar Takdir Mattanete mengungkapkan, dua muncikari, Alfania Tiar Sasila alias Nia, 23 tahun, dan Alen Syaputera, 24 tahun, membuat jaringan baru dengan nama Manajemen Princes. Jaringan ini diyakini banyak mengenal jaringan prostitusi lainnya yang tersebar di Indonesia.
“Jaringan ini baru, tapi dengan manajemen prostitusi online lainnya masih ada komunikasi,” kata Takdir, Jumat, 11 September 2015.
Meski baru, menurut Takdir, Manajemen Princes saat ini sedang bagus dan sedang naik daun dibanding dengan manajemen prostitusi lainnya, karena terbukti banyak pria hidung belang yang menggunakan jasa manajemen ini.
“Mereka ini lagi naik daun sekarang dan berhasil kami gagalkan,” kata Takdir.
Selain itu, Takdir menambahkan, anggota dari manajemen ini sangat banyak, sekitar 85 perempuan untuk meladeni pria hidung belang. Anak buah itu tersebar di beberapa kota-kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Bandung, Bali, Solo, Yogyakarta, dan beberapa kota besar lainnya.
“Hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia ada anak buah mereka,” kata dia.
Dua muncikari prostitusi online Alen Saputra dan Alfania Tiyar Sasila ditangkap Satreskrim Polrestabes Surabaya di hotel di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu, 9 September 2015, sekitar pukul 02.00 WIB. Keduanya lalu diseret ke Surabaya untuk pengembangan kasus yang melibatkan artis dan model cantik Anggita Sari yang ditangkap sebelumnya di Kota Surabaya.
Dua muncikari ini pun mengungkapkan bahwa inisial AS yang ditangkap pada 3 September 2015 adalah artis dan model cantik bernama Anggita Sari.
“Anak buah saya yang artis hanya Anggita Sari yang ditangkap di Surabaya,” kata tersangka muncikari, Nia, kepada wartawan, Jumat, 11 September 2015.
MOHAMMAD SYARRAFAH