TEMPO.CO, Marabahan - Dua nelayan di pesisir pantai Kabupaten Barito Kuala, Sandri dan Bujo Suwanto, menemukan seekor lumba-lumba hidung botol yang terdampar di hutan bakau muara Sungai Lupak, Desa Kuala Lupak, Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Selasa, 8 September 2015. Sandri mengatakan lumba-lumba itu diduga terpisah dari kelompoknya saat air laut surut. Saat itu ia sedang mencari kepiting di muara Sungai Lupak.
"Kami menemukannya hari Selasa lalu pukul 11 siang. Saya dengar suara aneh seperti orang menangis. Ternyata, saat dicari-cari, muncul seekor lumba-lumba terjebak di akar mangrove," ucap Sandri, Kamis, 10 September 2015.
Ia menemukan lumba-lumba itu dalam kondisi luka lecet di bagian sirip, ekor, tubuh, dan mata kiri. Menemukan mamalia penolong itu, Sandri lekas mengevakuasinya ke kolam ikan air tawar milik warga Desa Tanggul Rejo, Tabunganen. Masyarakat desa pun mengerumuni tontonan langka ini.
Koordinator Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut wilayah Kalimantan Selatan, Didit Eko Prasetyo, menuturkan perairan Kalimantan Selatan termasuk jalur migrasi ikan. Hal itu yang membuatnya menduga lumba-lumba hidung botol ini sebelumnya berkelompok untuk migrasi. "Kami harus segera mengembalikan ke habitatnya. Kalau di kolam terlalu lama, lumba-lumba bisa stres dan kena virus yang membuat cepat mati," ujar Eko.
Menurut Eko, pada Februari lalu, sekelompok duyung pernah terdampar di perairan Kabupaten Kotabaru. Eko mengaku pihaknya serius menghadapi mamalia laut yang kerap terdampar di sepanjang garis pantai Pulau Kalimantan.
Adapun dokter hewan di Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Banjarmasin, Anang Dwijatmiko, mengatakan telah memberikan suplemen ketahanan tubuh kepada lumba-lumba itu untuk mempercepat penyembuhan. Ia menyarankan agar lumba-lumba tersebut segera dilepas ke laut. "Lumba-lumba punya enzim yang bantu mempercepat penyembuhan."
DIANANTA P. SUMEDI