TEMPO.CO, Sidoarjo - Sitin, 85 tahun, warga korban lumpur Lapindo dari Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, tak menampakkan wajah bahagia seperti korban lumpur lain saat mendatangi Kantor Cabang BRI Sidoarjo, Jawa Timur, meski uang ganti rugi miliknya sudah cair.
Menggunakan kebaya warna cokelat, ia duduk santai di luar ruangan kantor bank dengan ditemani cucunya menunggu panggilan teller. Tak banyak kata yang Sitin ucapkan, meski Tempo beberapa kali mengajaknya berbincang.
Namun sikap dingin itu seketika cair ketika Tempo bertanya soal sandal jepit warna oranye yang ia pakai. "Ini baru tadi pagi beli. Biasanya setiap hari kaki saya berlumuran lumpur," ucap wanita renta itu, Rabu, 9 September 2015.
Ibu dari enam anak itu mengaku, sejak lumpur panas menyembur sembilan tahun silam, ia tetap bertahan di rumahnya yang letaknya tak jauh dari tanggul. "Saya tinggal berdua bersama anak," ujarnya.
Selama itu, cerita dia, hidupnya serbasusah. Aliran listrik tak selalu hidup dan tak ada air bersih. Sedangkan tetangga kanan-kirinya sudah pindah. Setiap hari, ia harus membeli air. Dalam sehari, ia menghabiskan Rp 10 ribu untuk membeli air empat jeriken. Karena itu, ia tak terlalu memikirkan kebutuhan lain, termasuk untuk membeli sandal baru.
Meski uangnya sudah cair, Sitin mengaku belum mempunyai rencana menggunakan uang ganti rugi untuk pindah. Di luar itu, uang ganti miliknya harus dibagikan kepada enam anaknya. "Saya ke sini ya dalam rangka membagi uang ganti rugi ke rekening enam anak saya," tuturnya, tanpa mau menyebut nominal.
Sitin merupakan korban lumpur yang berkas ganti ruginya dibayar pada Selasa, 8 September 2015. Tercatat ada 401 berkas ganti rugi yang dicairkan pada hari itu. Sampai saat ini, berkas ganti rugi korban yang sudah cair sebanyak 2.909 dari total 3.324.
NUR HADI
Berita menarik:
EKSKLUSIF: Pengakuan Pecandu Narkoba di Panti Rehabilitasi
Hebat, Penjual Pecel Semanggi Ini Bisa Beli Mobil BMW
Dijebak Video Mesum, Mahasiswi Pramugari Diperdaya Pria