TEMPO.CO, Madiun - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Madiun, Jawa Timur menemukan 512 ekor sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi. Ratusan hewan ternak itu tersebar di sembilan kecamatan, yaitu Dolopo, Kebonsari, Geger, Dagangan, Sawahan, Madiun, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Saradan.
"Penyebabnya rata-rata karena pakan dan gizinya kurang," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Disnakan Kabupaten Madiun Santoso, Rabu, 9 September 2015.
Selain itu, ia melanjutkan, gangguan reproduksi pada sapi merupakan akibat gagal kawin dan pemahaman peternak yang masih minim tentang teknis mengembangbiakan hewan ternak tersebut. "Sering kali terlambat dikawinkan secara alami atau suntik. Saat alat kelamin sapi betina sudah berwarna merah, hangat, bengkak, dan keluar lendir tidak dikawinkan," ujar Santoso.
Karena itu, petugas Dinas setempat membagikan vitamin, mineral, dan suntikan hormon reproduksi kepada peternak. Bantuan tersebut berasal dari pemerintah pusat yang dikoordinasi Balai Besar Veterniner Wates, Yogyakarta.
Hasan Abdullah Sanyoto, Tim Supervisi Penanggulangan Gangguan Reproduksi Sapi dari Balai Besar Veteriner Wates, Yogyakarta, mengatakan program tersebut dijalankan di seluruh Indonesia. Hal ini merupakan upaya meningkatkan populasi sapi yang diharapkan mengatrol program swasembada daging nasional.
Dalam penanggulangan gangguan reproduksi sapi, pihak Balai Besar Veteriner Wates, Yogyakarta, menggarap 70 kota atau kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Adapun targetnya sebanyak 203.850 ekor sapi betina. "Target ini berkisar antara 15-20 persen dari populasi yang ada di seluruh daerah yang kami tangani," ujarnya.
NOFIKA DIAN NUGROHO