TEMPO.CO, Jakarta - Bandara Sultan Thaha Jambi, Senin lalu, lumpuh akibat kebakaran lahan dan hutan. Berdasarkan pantauan satelit Modis, terdapat 413 titik api di Sumatera dan 170 titik di Jambi. Indeks Standar Pencemaran Udata (ISPU) mencapai angka 216 atau kategori "Sangat Tidak Sehat".
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan jarak pandang dari pagi hingga malam hanya sekitar 600 meter (horizontal) dan vertikal 90 meter akibat asap pekat. "Tidak ada pesawat komersial yang tiba ataupun berangkat,’’ katanya dalam keterangan tertulis, Senin, September 2015. Di Bandara Sultan Thaha, dalam sehari, ada 18 penerbangan kedatangan dan 18 keberangkatan.
Operasi udara (water boombing) dengan 2 helikopter BNPB tidak melakukan penerbangan karena terhambat jarak pandang. Berdasarkan hasil evaluasi rapat koordinasi rencana, akan dijajaki penggunaan helipad di wilayah PT WKS yang jarak pandangnya lebih baik dibanding di Bandara Sultan Thaha. Pesawat Air Tractor dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan direncakan akan digeser ke Jambi apabila di Bandara Sultan Thaha sudah bisa didarati pesawat.
Sutopo mengatakan, untuk kesehatan warga, Dinas Kesehatan telah menyalurkan 22.400 masker di kabupaten/kota. Dinas Perkebunan mendorong perusahaan perkebunan untuk mengeluarkan alatnya dan berkolaborasi dengan tim satgas darat.
Operasi darat dilakukan di wilayah Kabupaten Muaro Jambi, meliputi Kecamatan Kumpeh, Sungai Gelam, Kumpeh Hulu, dan Londrang. Sedangkan operasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat meliputi Kecamatan Beram Hitam Kiri. Operasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur meliputi Kecamatan Dendang, Nipah Panjang, Tahura sekitar tanjung, dan Taman Nasional Berbak.
Kendala operasi darat hasil rapat evaluasi tadi malam adalah kesulitan sumber air. "Di daerah Jebus, PT JBP mengerahkan ekskavator untuk membuat parit sebagai sumber air," kata Sutopo.
SUPRIYANTHO KHAFID