TEMPO.CO, Lumajang - Kepala Sub-Bidang Irigasi dan Rawa Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Wasito Hadi mengatakan sekitar 200 ribu hektare lahan sawah secara nasional saat ini dicengkeram kekeringan. Luas itu berada di antara 800 ribu hektare sawah yang dilanda aneka bencana di seluruh Indonesia.
"Bencana dari banjir, kekeringan, hingga terserang hama penyakit," katanya di sela kunjungan dinasnya di Kabupaten Lumajang, Senin, 7 September 2015.
Menurut Wasito, dari total 200 ribu hektare yang kekeringan, hampir separuhnya sudah mengalami puso alias gagal panen. ia mengatakan ada kemungkinan wilayah yang dilanda kekeringan itu adalah wilayah-wilayah yang secara teknis air terkuras habis seperti kasus di Indramayu. "Tapi kalau air dibendung, tidak akan kekeringan lagi," katanya.
Ihwal cara mengatasi kekeringan ini, kata Wasito, merupakan kerja bersama antara Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, serta Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Selain itu, petani bisa berkontribusi dengan tidak memaksakan diri menanam padi ketika musim kemarau. "Petani kita ini, karena harga beras bagus, mereka menanam padi terus," ujarnya.
Secara teknis, Wasito menambahkan, penyuluh pertanianlah yang bisa mengarahkan lantaran mereka lebih tahu wilayah mana yang aman dan tidak aman untuk menanam padi. Tapi yang jelas, Wasito mengigatkan, Agustus dan September adalah puncak musim kemarau. "Harus diperhitungkan," katanya.
Kendati dilanda kekeringan, produksi padi terhitung sejak Januari hingga September sudah 80 persen dari target produksi nasional. "Kalau dihitung, kebutuhan beras penduduk Januari-Agustus surplus 11 juta ton," katanya.
DAVID PRIYASIDHARTA