TEMPO.CO, Medan - Empat jenazah warga Sumatera Utara korban perahu yang tenggelam di Sabak Bernam, Malaysia, Kamis pekan lalu diperkirakan tiba di Bandara Kualanamu, sekitar pukul 15.00 WIB, Senin, 7 September 2015.
Keempat warga Sumatera Utara itu yakni Mahrani asal Kota Binjai; Winda Mandasari asal Belawan; Marta Berutu asal Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang; dan satu lagi warga Kecamatan Medan Johor yang identitasnya belum diketahui. Namun dari informasi yang diperoleh Tempo, satu korban itu bernama Ismadani warga Karya Wisata, Medan Johor.
Pejabat Hubungan Masyarakat Bandara Kualanamu Wisnu Budi mengatakan, keempat jenazah semula djadwalkan tiba di Bandara Kualanamu pukul 09.00 WIB tetapi mundur ke pukul 15.00 WB dengan Maskapai Malaysia Airlines MH860.
"Di jadwal semula dari Kementerian Luar Negeri memang pagi ini pukul 09.00 WIB, tapi diundur hingga enam jam. Kami tidak tahu penyebabnya," kata Wisnu kepada Tempo, Senin, 7 September 2015.
Menurut Wisnu, dari daftar manifest yang disampaikan Malaysia Airlines kepada Kualanamu, empat jenazah akan masuk dalam daftar kargo. "Nanti begitu tiba di Kualanamu akan diurus bagian kargo. Informasi dari Malaysia Airlines, beberapa staf dari kantor konsulat RI akan mendampingi pemulangan jenazah. Serah terima jenazah akan dilakukan di halaman kargo Kualanamu," tutur Wisnu.
Baca Juga:
Perahu yang membawa sekitar 80 warga Indonesia karam di Sabak Bernam, Malaysia, pada Kamis dinihari pekan lalu. Menurut informasi dari KBRI di Malaysia, hingga siang ini, korban tewas akibat kecelakaan tersebut mencapai 60 orang terdiri dari 33 laki-laki, 26 perempuan, dan satu anak. Sementara korban yang berhasil diselamatkan mencapai 20 orang.
Saat ini, 57 jenazah masih berada di Rumah Sakit Ipoh, RS Sabak Bernam, dan RS Teluk Intan, Malaysia, untuk keperluan identifikasi. KBRI di Malaysia telah menempatkan staf di tiga rumah sakit tersebut untuk membantu keluarga yang datang dari Indonesia saat melakukan identifikasi.
Belum seluruhnya jenazah berhasil diidentifikasi. Beberapa kendala identifikasi antara lain ketiadaan manifest penumpang kapal ditambah lagi kapal yang tenggelam itu tidak sedang menjalani jalur reguler.
Selain itu, penumpang kapal tidak saling mengenal. Hal ini menyulitkan tim untuk memfokuskan target pengambilan sampel DNA.
SAHAT SIMATUPANG