TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama enggan menanggapi polemik soal pertemuan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dengan kandidat calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump. Tapi, menurut dia, kunjungan kerja legislator ke luar negeri sarat dengan manipulasi perjalanan.
“Lihat saja di situs pribadi saya di mana saya beberkan modus kunjungan kerja ke Maroko tapi pelesir ke Spanyol,” kata Ahok–sapaan Basuki–di Balai Kota, Senin, 7 September 2015.
Sebelumnya, kunjungan rombongan pimpinan DPR ke Amerika Serikat mendapat protes dari masyarakat. Penyebabnya, dua orang anggota rombongan tertangkap sedang berpelesir di jalanan San Fransisco.
Ahok mengatakan dirinya sudah mafhum dengan cerita pelesiran di kala kunjungan kerja seperti itu. Lewat situs Ahok.org, dia membeberkan muslihat anggota DPR dengan judul “Bagaimana Modus Anggota DPR Tilap Uang Kunker ke Maroko, Rekreasi ke Spanyol”.
Ahok berkisah kejadian itu berlangsung pada September 2010 saat menjadi delegasi Grup Kerja Sama Bilateral DPR dengan parlemen Maroko. Perjalanan itu pula menjadi pengalaman pertamanya memakai paspor dinas berwarna biru.
Dia berangkat menuju Casablanca, ibu kota Maroko, pada 24 September 2010, bersama legislator lainnya. Namun, selama penerbangan dia galau lantaran mengetahui ada rencana pelesiran ke Spanyol sebagai tambahan destinasi di luar kunjungan kerja.
Rencana ‘rekreasi’ itu tak dicantumkan dalam jadwal perjalanan, hanya ditulis dinas di Maroko sampai 29 September. “Padahal acara parlemen Maroko hanya sampai 27 September,” Ahok menjelaskan.
Hal paling keterlaluan ialah anggota DPR menerima tambahan uang saku saat pelesiran ke Spanyol. Jumlahnya berlipat ganda dari US$ 200 per hari saat kunjungan dinas di Maroko menjadi US$ 400 per hari ketika pelesiran ke Spanyol.
“Saya memutuskan pulang pada 28 September sesaat acara resmi parlemen Maroko usai,” kata Ahok, yang saat itu menjadi anggota Fraksi Partai Golkar.
Dia juga mengaku hanya menerima uang saku sesuai dengan hak yang seharusnya dia peroleh selama kunjungan kerja. Ahok menyebut hanya mau menerima honorarium dengan hitungan selama empat hari, sesuai dengan perjalanan dinas yang dia lakukan, meski dia berada di Maroko selama lima hari. “Total per diem yang saya peroleh setelah dipotong ini-itu US$ 685 atau setara Rp 6 juta dengan kurs Rp 9 ribu,” katanya.
RAYMUNDUS RIKANG