TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat berencana melaporkan dua pimpinan Dewan, yaitu Setya Novanto dan Fadli Zon, ke Mahkamah Kehormatan hari ini. Kedua pimpinan ini diduga melanggar kode etik saat bertemu dengan calon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
"Rencananya jam 2 siang," kata politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko melalui pesan pendek, Senin, 7 September 2015. Beberapa anggota Dewan yang ikut melapor antara lain Adian Napitupulu, Charles Honoris, Diah Pitaloka, dan Maman Imanulhaq.
Diah Pitaloka menuturkan dasar pengaduan ini adalah pelanggaran kode etik Pasal 292 tentang Tata Tertib Mengenai Kode Etik. Disebutkan bahwa setiap anggota dalam menjalankan tugasnya wajib menjaga martabat kehormatan, citra, dan kredibilitas DPR. Mereka menilai tindakan bertemu calon presiden negara lain merupakan tindakan memalukan.
Dia menuturkan Mahkamah Kehormatan seharusnya merasa malu atas kejadian ini. Apalagi, kata politikus PDI Perjuangan ini, banyak media asing yang memuat peristiwa ini. Dia menilai kehadiran kedua pimpinan ini bisa dipolitisasi oleh Donald Trump sebagai bentuk dukungan kampanye. "Bahkan ada kecenderungan bahkan dijadikan trending bahwa Indonesia di belakang Donald Trump," kata Diah.
Kekecewaan dan kemarahan kelima anggota Dewan ini dipicu kemunculan Setya Novanto dan Fadli Zon pada acara deklarasi pengambilan sumpah kesetiaan Trump untuk kubu Republik pada hari Kamis, 3 September 2015. Padahal, kehadiran mereka dalam momen tersebut tidak termasuk dalam agenda kegiatan mereka setelah menghadiri Forum Ketua Parlemen Sedunia di New York yang digelar satu hari sebelumnya.
Tak hanya itu, kemunculan mereka semakin menjadi perbincangan ketika Setya Novanto berdiri di sisi kanan Donald Trump dan menjawab setiap pernyataan Trump dengan kata yes, tanpa tahu bahwa tindakan yang ia lakukan akan memicu kontroversi. Maman mengatakan tak mudah membayangkan Donald Trump yang kerap berperilaku rasis didukung oleh ketua parlemen Indonesia. "Ini membuat kami prihatin," kata Maman.
DESTRIANITA K
Baca juga:
Drama Budi Waseso: Jokowi-JK Menguat, Kubu Mega Menyerah?
Lebih Nyaman Berbahasa Inggris, Susi: Jangan Ragukan…Saya