TEMPO.CO, Jakarta - Lawatan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) beserta rombongan ke Amerika Serikat menuai banyak kecaman. Juru bicara pimpinan DPR, Nurul Arifin, sibuk menjelaskan duduk perkaranya, mulai dari jumlah rombongan hingga agenda di Amerika.
"Pertemuan dengan Donal Trump dibesar-besarkan seolah hendak mengalihkan isu kondisi ekonomi Indonesia saat ini," kata Nurul, saat dihubungi, Sabtu, 5 September 2015.
Menurut Nurul, masyarakat Indonesia seharusnya lebih peduli terhadap kondisi rupiah yang melemah, harga-harga barang yang melonjak, serta pengangguran yang terus bertambah. Dia mengatakan, isu ini diolah sengaja untuk mengalihkan isu-isu substansial tersebut.
Terkait dengan pertemuan pimpinan DPR dengan kandidat presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Nurul mengatakan hal itu dilakukan untuk membangun hubungan relasi yang baik serta memperkuat investasi Trump di Indonesia.
Sebenarnya, kata Nurul, rombongan bertemu di lantai 26 Trump Plaza untuk bersilaturahmi. Namun, Trump mengajak rombongan turun untuk menonton konferensi pers Trump dalam rangka pencalonan dirinya menjadi presiden negeri adidaya itu. "Jadi, kehadiran kami bukan sebagai bentuk dukungan politik," kata dia.
Nurul Arifin mengatakan, jumlah rombongan tak sampai 67 orang, seperti yang banyak diperbincangkan publik. "Kami hanya berjumlah 14 orang, beserta dengan staf sekretariat," kata Nurul.
Dalam lawatan itu, Setya ditemani antara lain Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Kepala Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) Nurhayati Ali Assegaf, Wakil Ketua Komisi Pertahanan Tantowi Yahya, Ketua Komisi Hukum Azis Syamsudin, anggota BKSAP Yuliari Batubara serta Utusan Khusus Presiden Bidang Kemaritiman Eddy Pratomo.
YOLANDA RYAN ARMINDYA| INDRI MAULIDAR
Baca juga:
Drama Budi Waseso: Jokowi-JK Menguat, Kubu Mega Menyerah?
Lebih Nyaman Berbahasa Inggris, Susi: Jangan Ragukan…Saya