Setelah pernyataan saya itu DT hanya banyak diam dan mendengarkan. Tapi sebenarnya yang paling bersemangat menyerang DT adalah Russell Simmons. Nampaknya beliau sebagai Afro-American gerah juga dengan sikap DT terhadap komunitas berkulit non putih.
Russell bertanya begini misalnya: "Donald, had you ever read about Islam? Had you ever read the holy Quran, the Muslims holybook?".
Donald hanya mengangguk mendengar itu. Lalu disambut oleh Russell berikut: "kalau begitu kamu tidak punya hak sama sekali untuk berkomentar mengenai Islam".
Bahkan Russell sempat mengatakan: "your attitude is absolutely un-American".
Selama pertemuan yang memakan waktu sekitar sejam itu, memang terasa intens walau diselingi candaan. Yang pasti dengan pertemuan itu kami dapat mengukur kedalaman pemahaman DT tentang berbagai masalah, bahkan dalam hal ekonomi dan bisnis.
Di akhir pertemuan itu teman saya, Rabbi Marc Schneier menawarkan jika DT ingin berkunjung ke mesjid. Dia hanya tersenyum dan menjawab "next time"!
Sejak itu memang DT hampir tidak pernah lagi berbicara mengenai Islam. Tapi pendukung fanatik DT adalah mereka yang saat ini sedang mengalami euphoria untuk mengalahkan Barack Obama (presiden non putih). Mereka rata-rata anti Islam secara khusus dan immigran secara umum.
Oleh karenanya ketika seorang pejabat tinggi dari sebuah negara Muslim terbesar dunia menemui DT di saat-saat suasana kampanye memanas sangat disayangkan.
Bagi kami, terpilihnya seorang presiden terkait dekat dengan kenyamanan hidup kami. Komunitas Muslim di Amerika cukup traumatis dengan presiden yang memiliki persepsi salah, atau boleh jadi kebencian, terhadap Islam dan pengikutnya. Cukuplah selama 8 tahun di bawah presiden G.W Bush komunitas ini ditekan sedemikian rupa.
Apalagi DT memang sosok yang sangat kontroversial, khususunya terhadap isi imigran gelap. Padahal diakui atau tidak Amerika memang sejarahnya adalah negara imigran gelap, termasuk mereka yang datang dari Eropa.
Tentu termasuk Donald Trump sendiri!
ARKHELAUS WISNU
Baca juga:
Drama Budi Waseso: Jokowi-JK Menguat, Kubu Mega Menyerah?
Lebih Nyaman Berbahasa Inggris, Susi: Jangan Ragukan…Saya