TEMPO.CO, Malili - Dinas Kehutanan dan Perkebunan Luwu Timur mencatat luas hutan yang terbakar mencapai 12 hektare, 2 hektare di antaranya kawasan hutan lindung.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Luwu Timur Andi Makkaraka mengatakan kebakaran hutan ini disebabkan oleh warga yang membuka lahan baru untuk ditanami lada. Embusan angin dan banyaknya pepohonan yang kering menjadi penyebab cepatnya api membesar dan menjalar ke hutan.
"Tim pemadaman kebakaran dari PT Vale dan pemda sudah turun ke lokasi. Kami terus berupaya agar api bisa dikendalikan dan kebakaran tidak meluas," ucap Andi, Ahad, 6 September 2015.
Andi menjelaskan, meski sebagian hutan yang terbakar sudah dipadamkan, api di beberapa titik kebakaran masih menyala. Jadi Dinas Kehutanan membuka posko kebakaran yang melibatkan Dinas Kehutanan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk berpatroli ke hutan, mencari lokasi atau area hutan yang masih ada titik api.
"Posko koordinasi ini akan memantau hutan dan memastikan sudah tidak ada lagi titik api yang bisa meluas," ujar Andi.
Kebakaran hutan ini menyebabkan kabut asap yang cukup sehingga mengganggu kesehatan warga, khususnya warga Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili. Warga desa yang tak jauh dari lokasi hutan yang terbakar itu banyak yang mengeluhkan gangguan saluran pernapasan.
Benny, Kepala Puskesmas Malili, menuturkan jumlah pasien penderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) mencapai 720 orang atau meningkat 30 persen dibanding bulan yang lalu.
"Meningkatnya pasien infeksi saluran pernapasan dipicu cuaca yang panas ditambah kabut asap. Untuk sementara, warga yang berada di dekat dengan lokasi kebakaran diimbau menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah dan perbanyak konsumsi air putih," kata Benny.
HASWADI