TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Syuriah Persatuan Besar Nahdlatul Ulama Asrorun Niam Sholeh mengatakan tokoh senior NU, KH Muchit Muzadi, wafat pada hari ini, Minggu, 6 September 2015, sekitar pukul 05.00 dalam usia 90 tahun. "Almarhum wafat di Rumah Sakit Persada Malang," kata Asrorun dalam keterangannya.
Menurut Asrorun, jenazah disalatkan di Pesantren Alhikam, Malang dan dimakamkan di Jalan Kalimantan, Jember. "NU dan umat Islam Indonesia berduka atas wafatnya beliau," ujarnya.
Asrorun menjelaskan Mbah Muchit, sapaan Muchit, merupakan murid pendiri NU Hadlratussyaikh, KH Hasyim Asy’ari, di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun 1941, kata dia, Mbah Muchit telah menjadi anggota NU, dan di sana dia bertemu dengan beberapa santri terkenal dari daerah lain, seperti KH Ahmad Shidiq.
Ketika KH Ahmad Shidiq menjadi Rais Am Syuriyah PBNU, ucap Asrorun, Mbah Muchit dipercaya sebagai sekretaris pribadi dan menjadi “dapur” dalam perumusan pelbagai gagasan strategis NU. "Salah satu yang fenomenal adalah Khittah Nahdliyyah, hubungan NU dan politik, serta penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal," tuturnya.
Selain itu, kata dia, saat ada gerak pembaruan yang dilakukan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid, Mbah Muchit membantu KH Ahmad Shiddiq untuk mengimbanginya. Menurut dia, langkah itu menjadikan NU sebagai organisasi yang maju serta berperan besar dalam bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan.
Untuk itu, kata Asrorun, dia meminta kepada umat Islam, khususnya warga NU, untuk mendoakan almarhum. "Melakukan salat jenazah, salat gaib, bertakziah, dan bertahlil untuk beliau," ucapnya.
HUSSEIN ABRI YUSUF