TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo menginstruksikan agar korban kapal tenggelam di Selangor, Malaysia, segera dievakuasi.
Menurut Jokowi, koordinasi kementerian terkait dan pemerintah daerah diperlukan agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi.
"Saya juga meminta evaluasi mobilitas penduduk lintas perbatasan," kata Jokowi dalam keterangan tertulis yang disampaikan Tim Komunikasi Presiden, Jumat, 4 September 2015.
Jokowi mengakui masalah mobilitas penduduk lintas negara di perbatasan selama ini kurang mendapat perhatian. Selain kelengkapan dokumen yang kerap tidak diperhatikan, warga Indonesia juga tidak memperhatikan kelayakan moda transportasi.
Untuk itu, menurut Jokowi, investasi dan pembukaan lapangan pekerjaan di wilayah perbatasan perlu ditingkatkan. Tujuannya, agar warga Indonesia di perbatasan bekerja di negeri sendiri. Dengan demikian, mengurangi angka kecelakaan lalu lintas di perbatasan.
Kamis, 3 September 2015, pukul 03.00 waktu Malaysia, sebuah kapal yang mengangkut warga Indonesia, tenggelam di kawasan Sabak Bernam, Selangor. Kapal yang bermuatan maksimal 16 orang tersebut dilaporkan ditumpangi lebih dari 50 orang. Dalam kecelakaan itu, setidaknya 14 warga negara Indonesia dilaporkan tewas.
Saat ini, menurut Jokowi, Badan SAR Nasional sudah bergerak untuk melakukan pencarian korban. Mereka juga berkoordinasi dengan kepolisian untuk melakukan penanganan dan identifikasi korban.
Sampai pagi tadi, berdasarkan laporan yang diterima, sebanyak 15 orang telah ditemukan meninggal, 19 selamat. Tim SAR hingga saat ini terus melakukan pencarian.
Jokowi juga menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada keluarga korban. "Semoga keluarga tabah dan kuat. Saya sudah perintahkan operasi pencarian sampai korban ditemukan," ujarnya.
Kedutaan Besar Republik Indonesia juga terus berkoordinasi dengan otoritas pemerintah Malaysia.
FAIZ NASHRILLAH