TEMPO.CO, Lumajang - Hujan gerimis mulai membasahi sejumlah desa di kaki Gunung Semeru di Jawa Timur sejak beberapa hari terakhir ini. Hujan diantaranya turun di Desa Kertosari serta Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang.
Mudawamah, 55 tahun, warga Dusun Tawonsongo, Desa Pasrujambe, mengatakan pada awal September ini, dusun yang berada di kaki sebelah Timur Gunung Semeru ini basah oleh air hujan. Hujan itu hanya gerimis, pun tak berlangsung lama. "Tapi sudah cukup menyegarkan," kata petani kopi itu, Kamis 3 September 2015.
Hujan gerimis juga sudah mulai membasahi ratusan hektare kebun teh di Desa Gucialit di Kecamatan Gucialit, juga di Lumajang. Sekretaris Kecamatan Gucialit, Sarjito, mengatakan gerimis sudah mulai membasahi Desa Gucialit sejak dua hari kemarin. "Namun hujan gerimis itu tidak lama," katanya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Hendro Wahyono, membenarkan ihwal sudah mulai turunnya hujan di sejumlah desa di Kabupaten Lumajang. "Di daerah-daerah tertentu saja," kata Hendro.
Daerah Pronojiwo yang berada di arah Tenggara dari Gunung Semeru beberapa hari terakhir ini juga dilaporkannya dibasahi hujan gerimis. "Anomali cuaca. Memang tidak menentu," katanya.
Kendati sudah turun hujan gerimis, saat ini dipastikan masih musim kemarau. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Ribowo, mengatakan itu sembari menambahkan dampak kekeringan pada 2015 lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Indikasinya, Ribowo mengatakan, ada sejumlah desa yang pada tahun sebelumnya tidak minta pasokan air bersih, maka pada kemarau tahun ini ikut meminta pasokan air bersih. "Contohnya Desa Dadapan, Kecamatan Padang dan Desa Pakel, Kecamatan Gucialit," ujar Ribowo.
Berdasarkan surat Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), El Nino akan terjadi hingga akhir tahun 2015. "Sebagai dampak langsungnya, musim kemarau termasuk di Kabupaten Lumajang akan lebih kering dibanding 2014," ujar Ribowo.
DAVID PRIYASIDHARTA