TEMPO.CO, Padang - Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Asita) Asnawi Bahar mengatakan, kabut asap yang menyelimuti sejumlah provinsi di Sumatera, berpotensi mengurangi kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara. Apalagi kabut asap menyebabkan sejumlah bandara ditutup.
"Sudah banyak pembatalan yang terjadi," ujar Asnawi, saat dihubungi Tempo, Kamis 3 September 2015.
Menurut Asnawi, jika kabut asap ini berlangsung lama, biro perjalanan akan mengalami kehilangan pendapatan mencapai miliaran rupiah.
Misalnya di Sumatera Barat, kata Asnawi, kunjungan tahun lalu berkisar tiga juta wisatawan domestik dan 50 ribu wisatawan mancanegara. Jika kabut asap ini terjadi selama satu bulan, maka diprediksi terjadi pengurangan 250 ribu wisatawan domestik dan empat ribuan wisatawan mancanegara.
"Makanya akan kehilangan pendapatan Rp 254 miliar, jika dihitung rata-rata pengeluaran mereka Rp 1 juta per orang," ujar Asnawi.
Asnawi mengatakan, kasus ini baru di Sumatera Barat. Di Sumatera, ada tiga daerah yang paling banyak dikunjungan wisatawan. Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Kepulauan Riau. Pastinya kerugian akan lebih besar lagi.
Kabut asapnya ini pastinya mengurangi mobilitas masyarakat dan wisatawan. Sebab, wisatawan yang akan berkunjung ke daerah tersebut akan membatalkan dan menjadwal ulang keberangkatannya. Ini menganggu kinerja hotel dan restoran.
Menurut Asnawi, kabut asap juga akan meningkatkan biaya logistik. Karena jika mobilitas barang terganggu akan menimbulkan biaya tambahan. Tentunya biaya logistik naik.
"Biaya logistik nasional rata-rata sudah 26 persen. Itu menimbulkan produk-produk menjadi mahal."
Pantauan satelit Terra Aqua, ada 443 titik panas di Sumatera. Terbanyak itu terdapat di Jambi dengan 150 titik dan Sumatera Selatan 134 titik.
ANDRI EL FARUQI