TEMPO.CO, Jakarta - Dari ruang kerjanya di Gedung Sekretaris Negara, Teten Masduki bergegas menelepon sopirnya. Itu terjadi sekitar pukul 07.30, Rabu pagi. Anggota Tim Komunikasi Presiden itu meminta agar jas hitam serta peci, yang selalu tersedia di mobil, segera diantarkan kepadanya. Beberapa menit sebelumnya, dia baru mendengar kabar dari Menteri Sekretaris Negara Pratikno: Presiden menunjuk Teten sebagai Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), menggantikan Luhut Binsar Panjaitan.
Teten mengaku terkejut. Sehari sebelumnya, dia mendampingi Jokowi di setiap agenda Presiden, tapi Jokowi tak menyinggung masalah itu. Dia tahu pagi itu Istana menggelar pelantikan pengganti Luhut, yang kini menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. "Tapi Bapak enggak bilang apa-apa (tentang siapa yang menggantikan Luhut)," katanya seusai dilantik, kemarin. “Saya baru tahu tadi menjelang pelantikan.”
Penunjukan Teten memang mendadak. Pratikno mengatakan, Presiden Joko Widodo baru menandatangani keputusan mengenai pemberhentian Luhut sebagai Kepala Kantor Staf Presiden pagi harinya, setengah jam sebelum pelantikan digelar pada 09.00 WIB. “Pembuatan keppresnya juga mendadak,” kata Pratikno.
Terpilihnya Teten menjadi pemimpin Kantor Staf Presiden ini di luar perkiraan banyak orang. Sejak Luhut dilantik menjadi menteri pada 12 Oktober lalu, beberapa nama telah beredar sebagai calon penggantinya. Namun nama Teten tak pernah muncul di antara daftar kandidat.
Dua kandidat paling kuat yang belakangan muncul ialah Duta Besar Indonesia untuk Filipina, Johnny Lumintang; dan Fachrul Rozi, mantan Wakil Panglima TNI. Seorang pejabat Istana mengatakan Luhut sendiri yang mengajukan dua nama calon tersebut. Luhut mengaku tak ikut campur dalam keputusan Presiden memilih penggantinya. "Tapi kalau Presiden minta masukan, ya, biasa," ujarnya.
Adapun beberapa calon lainnya, kata dia, adalah Andrinof Chaniago, mantan Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; dan Sri Adiningsih, anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Hingga malam sebelum pelantikan, rumor di luar Istana masih meyakini Lumintang sebagai pengganti Luhut. Namun Jokowi justru memilih orang di lingkaran terdekatnya. Menurut pejabat tadi, Jokowi memilih orang yang sudah terbukti loyal serta memahami cara bekerja, keinginan, serta kebutuhan Presiden.
Pratikno membenarkan Teten dipilih karena dianggap sudah mengerti dan memahami kemauan Presiden. “Teten selama ini bekerja sebagai staf khusus presiden," kata Pratikno. "Jadi, sudah membantu cukup banyak dan dapat penugasan macam-macam. Mungkin dari situlah (keputusan diambil)."
Teten memang bukan orang baru bagi Jokowi. Saat proses penyiapan Jokowi menjadi calon presiden, mantan Ketua Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch tersebut juga menjadi anggota Tim XI, tim bentukan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang terdiri atas gabungan profesional, akademikus, dan politikus untuk mengkaji kandidat presiden dari PDI Perjuangan.
Di tim yang akhirnya juga membantu persiapan Jokowi menjadi calon presiden tersebut, Teten menjadi sekretaris kampanye. Itu sebabnya, di mana ada Jokowi dalam kampanye, di situ Teten selalu hadir. Hingga ketika Jokowi akhirnya menjadi kepala negara, Teten, yang semula hanya menjadi staf khusus sekretaris kabinet, akhirnya diangkat sebagai anggota tim komunikasi presiden.
Teten mengaku belum menyiapkan program terobosan di Bina Graha--salah satu gedung di kompleks Istana Kepresidenan yang menjadi Kantor Staf Presiden. Ia mengatakan akan berkonsultasi terlebih dulu dengan Presiden serta lima deputi yang ada di KSP. “Saya sudah tahu beberapa hal yang diharapkan Presiden," ujarnya. "Tapi saya ingin pastikan lagi."
Ananda Teresia