TEMPO.CO, Malang - Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo meminta para mahasiswa baru Universitas Brawijaya Malang tidak sembarangan ikut unjuk rasa. Terutama yang bertujuan untuk menjatuhkan pemerintah dan menggantinya dengan pemerintah baru.
"Jangan mudah diperalat. (Kalau presiden jatuh) siapa nanti yang jadi presiden, bukan mahasiswa, kan? Kasihan deh, lo," kata Gatot saat memberikan ceramah dalam kegiatan Program Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru Universitas Brawijaya Malang, Senin, 1 September 2015.
Menurut Gatot, mahasiswa yang ikut demonstrasi seolah-olah mampu menyelesaikan segala persoalan. Namun mereka tidak menyadari bahwa sejatinya sedang diperalat pihak lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Karena itu, Gatot mengajak mahasiswa untuk berkarya demi kesejahteraan masyarakat. Terutama menciptakan teknologi baru untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara agraris agar mampu berswasembada pangan. "Ketahanan pangan juga menjadi persoalan semua negara di dunia," ujarnya.
Rektor Universitas Brawijaya M. Bisri menuturkan Panglima TNI khusus diundang untuk memberikan wawasan kebangsaan dan cinta Tanah Air kepada mahasiswa baru. Selama ini, kata dia, telah terjadi degradasi atas kecintaan terhadap negara. "Saya prihatin mahasiswa kurang memahami wawasan kebangsaan," tuturnya.
Dalam program pengenalan mahasiswa baru itu, Bisri melarang penggunaan metode perpeloncoan dan kekerasan. Karena itu, untuk menghindari timbulnya praktek kekerasan fisik senior terhadap yuniornya, program pengenalan kampus tersebut diawasi ketat oleh dosen. "Kegiatannya lebih mengarah pada kehidupan kampus," ucap Bisri.
EKO WIDIANTO