Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keraton Yogya Kecewa 3 Perda Keistimewaan Tak Kunjung Tuntas

image-gnews
Warga berebut gunungan saat Grebeg 1 Syawal 1436 H di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Grebeg Syawal merupakan simbol rasa syukur Keraton Yogyakarta atas segala limpahan rejeki dan keselamatan dari Tuhan. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Warga berebut gunungan saat Grebeg 1 Syawal 1436 H di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Grebeg Syawal merupakan simbol rasa syukur Keraton Yogyakarta atas segala limpahan rejeki dan keselamatan dari Tuhan. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Penghageng Panitikismo (pengelola tanah keraton) Keraton Yogyakarta Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwinoto menyatakan kekecewaannya lantaran tiga dari lima rancangan peraturan daerah istimewa DIY hingga kini belum rampung.

Padahal usia keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta semenjak disahkannya UU Nomer 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY telah berusia tepat tiga tahun pada 31 Agustus 2015. Ketiga raperdais yang dimaksud mengatur tentang pertanahan, tata ruang, dan kebudayaan. Sedangkan perda keistimewaan tentang kelembagaan dan mekanisme penetapan gubernur dan wakil gubernur telah ditetapkan.

“Seharusnya rampung tahun lalu. Lha ini, dengan dewan baru malah mulai dari nol lagi (pembahasannya),” kata Hadiwinoto saat ditemui di Kepatihan, Yogyakarta, Senin, 31 Agustus 2015.

Menurut Hadiwinoto, pembahasan perda-perda tersebut molor gara-gara anggota DPRD DIY Periode 2009-2014 mempersoalkan tentang perlu tidaknya istilah “provinsi” untuk DIY. Sedangkan dalam UU Keistimewaan disebutkan DIY adalah daerah setingkat provinsi. Saat itu, dewan sempat konsultasi ke Kementerian Dalam Negeri di Jakarta. Konsultasi diperlukan untuk penetapan Perda Induk Keistimewaan Nomer 1 Tahun 2014. Bahkan ketiga raperdais tersebut tidak masuk dalam program legislasi daerah 2014.

“Setelah dewan baru, kata “provinsi” enggak ada. Ini kan (dewan lama) namanya enggak menghargai waktu,” kata Hadiwinoto.

Sementara itu, hingga saat ini Hadiwinoto menunggu proses pendataan tanah-tanah keraton maupun Kadipaten Pakualaman yang tengah digarap Biro Tata Pemerintahan DIY dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) DIY. Pendataan yang dilakukan adalah tanah-tanah keprabon yang dinilai sudah mempunyai kejelasan historis sebagai tanah keraton, seperti tanah yang digunakan untuk bangunan instansi pemerintah, kantor desa, juga sejumlah sekolah. “Itu kan tanah-tanah yang sudah jelas,” kata Hadiwinoto.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keraton tidak mempunyai target waktu penyelesaian pendataan karena bergantung pada pemerintah daerah. Hingga saat ini, pendataan yang sudah banyak dilakukan di Sleman dan Bantul, kemudian menyusul Yogyakarta, Gunung Kidul, dan Kulon Progo, khususnya Kecamatan Kalibawang.

Wakil Ketua DPRD DIY Arif Noor Hartanto menjelaskan, justru dewan saat ini menunggu draf ketiga raperda keistimewaan tersebut untuk disampaikan ke Badan Pembentukan Perda (Bapemperda) DPRD DIY untuk dibahas. Lantaran yang meminta agar ketiga raperda tersebut digodhok ulang di internal eksekutif adalah eksekutif sendiri. “Jadi secara subtansi, pemda akan menggodhok ulang. Jadi bola itu di eksekutif,” kata Arif.

Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X saat diminta konfirmasi mengenai hal tersebut menyatakan belum mendapat informasi perkembangannya. “Belum tahu soal itu,” kata Sultan.

PITO AGUSTIN RUDIANA  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

1 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

37 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

42 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

46 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman


Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Masyarakat berebut gunungan Sekaten di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (28/9). Dok. Keraton Yogyakarta.
Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.


Libur Nataru, Yogyakarta Targetkan Dulang 800 Ribu Wisatawan

6 Desember 2023

Kawasan Tebing Breksi, Sleman, jadi andalan destinasi wisata akhir pekan. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Libur Nataru, Yogyakarta Targetkan Dulang 800 Ribu Wisatawan

Puncak kunjungan wisatawan di destinasi wisata Yogyakarta setiap tahunnya terjadi pada Juni, Juli, dan Desember.