TEMPO.CO, Sleman - Dua calon Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, saling serang dalam diskusi yang digelar Institute for Research and Empowerment (IRE), Senin, 31 Agustus 2015.
Dalam diskusi tentang bagaimana cara membangun desa itu, calon bupati Yuni Satia Rahayu mengkritik kebijakan Sri Purnomo dalam memimpin Sleman selama lima tahun. Yuni sendiri selama ini adalah wakil Sri. Keduanya kini berpisah jalan. Yuni maju sebagai calon bupati dengan sokongan PDI Perjuangan, Gerindra, dan PKS. Sedangkan Sri maju untuk kedua kali dengan dukungan PAN, NasDem, Partai Golkar, Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa.
"Pengalaman saya selama lima tahun, sistem birokrasi di Sleman perlu diperbaiki agar pelayanan kepada masyarakat lebih baik," kata Yuni dalam diskusi yang berlangsung di pendapa IRE, Donoharjo, Ngaglik, Sleman, itu.
Karena birokrasi yang ribet, kata Yuni, pelayanan terhadap masyarakat masih berjalan lamban. Di samping itu, para petani perlu mendapat perhatian. Sebab, banyak petani yang belum sejahtera. Yuni berjanji akan memberikan subsidi pajak lahan pertanian aktif di bawah 1 hektare.
Yuni mengatakan akan membantu pemberian benih melalui koperasi unit desa. Sebab, petani masih banyak yang kesulitan memperoleh benih dan pupuk karena keterbatasan modal.
Tidak hanya itu, Yuni akan mewajibkan pegawai negeri untuk membeli beras dari para petani lokal. Jumlah pegawai negeri yang hampir 12 ribu merupakan pasar yang besar bagi kuatnya ekonomi petani.
Yuni berjanji akan memberikan dana hingga Rp 2 miliar untuk setiap desa dan Rp 50 juta kepada dusun di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara per tahun. Menurut Yuni, yang kini berpasangan dengan Danang Wicaksana Sulistya—politikus Gerindra, Sleman punya anggaran sebesar itu.
Adapun Sri Purnomo mengatakan para petani di Sleman sangat jarang mempunyai lahan lebih dari 1 hektare. Kalaupun ada, itu adalah petani yang tajir. Ia tidak ingin pajak lahan pertanian dibebaskan karena menyangkut nilai jual obyek pajak.
Selama masa kepemimpinannya, Sri mengklaim Sleman banyak meraih prestasi, baik pada bidang pendidikan, kesehatan, maupun infrastruktur. "Kekurangan pasti ada. Makanya nanti akan saya lanjutkan dan tingkatkan," ujarnya.
Menurut Sri Purnomo, yang kini berpasangan dengan Sri Muslimatun—politikus PDI Perjuangan, selama ini setiap desa telah memperoleh dana Rp 300 juta. Menurut Sri, sangat sulit jika pemerintah Sleman akan memberikan dana Rp 1-5 miliar setiap desa dan puluhan juta rupiah setiap dusun. "Tidak usah janji muluk-muluk, dananya mana?" tuturnya.
Terkait dengan sistem birokrasi yang berbelit-belit, dibantah oleh calon bupati nomor urut dua ini. Sebab, menurut dia, sudah ada prosedurnya. Justru masyarakat yang dituduh kurang memahami.
MUH SYAIFULLAH