Ketua Karang Taruna Kelurahan Oro Oro Ombo, Rizky Akbar menilai proses revitalisasi akan mengganggu lingkungan. Di antaranya menyumbang banjir di daerah yang terdekat dengan hutan Malabar. Karena fungsi resapannya berkurang, air akan mengalir dan membanjiri perkampungan warga.
"Setiap hujan kampung kami selalu kebanjiran. Apalagi hutan Malabar dibangun, banjir akan semakin besar," ujarnya.
Selain itu, mereka juga mengandalkan sumber mata air untuk kebutuhan sehari-hari. Sumber mata air tersebut muncul setelah hutan Malabar terbentuk 12 tahun lalu. "Bahkan 2002 pernah amblas," ujarnya.
Untuk itu, mereka berharap agar fungsi hutan secara maksimal tetap terjaga. Harapannya hutan kota tetap lestari dan lingkungan terjaga.
Proses revitalisasi hutan kota Malabar, Pemerintah Kota Malang menggandeng sebuah perusahaan minuman energi dengan menggelontorkan dana tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) sebesar Rp 2,5 miliar. Hutan akan diberi fasilitas jalur jogging, amply theater, dan arena bermain. Juga bakal ditanami tanaman pendukung lainnya.
Ketua Komisi Pembangunan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang, Bambang Sumarto menyarankan kepada Pemerintah Kota Malang untuk tak membangun gardu pandang. Menurutnya, gardu pandang tak ideal lebih baik dialihkan untuk fungsi lain. "Stop penebangan pohon, hindari pengerasan tanah," ujarnya.
Kini papan seng terpasang mengelilingi hutan kota Malabar. Sejumlah tukang bangunan terlihat mengerjakan proyek, truk material bangunan hilir mudik di lokasi hutan Malabar.
EKO WIDIANTO