TEMPO.CO, Jakarta - Status negara Islam atau negara dengan penduduk mayoritas Islam tidak menjamin negara tersebut mencerminkan nilai-nilai Islam. Hal itu diungkapkan Direktur Riset Maarif Institute Ahmad Imam Mujadid Rais, Kamis, 27 Agustus 2015.
Dalam ekspos publik tentang peluncuran Indeks Kota Islam (IKI) oleh Maarif Institute, Rais menyebutkan nilai-nilai keislaman sebuah negara justru banyak berasal dari Barat. "Sebuah penelitian tahun 2010 dan 2014 menemukan bahwa Selandia Baru dan Irlandia justru merupakan negara paling Islami di dunia," ujarnya.
Indonesia, yang selalu menunjukkan diri sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar, malah berada jauh di bawah pada peringkat ke-140 dari 170 negara. Hanya Qatar dan Malaysia, dua negara muslim, yang menembus 50 besar peringkat itu.
KH Hussein Muhammad, yang hadir sebagai pembahas, menilai kesalehan individu yang tidak berdampak ke masyarakat hanya sia-sia.
"Banyaknya jumlah masjid, musala, madrasah, TPA, ceramah, orang naik haji, yang tidak menyumbang apa pun ke kehidupan sosial cuma bikin bangkrut," ucap pengasuh pondok pesantren Dar Al-Tauhid Arjawinangun itu.
Bagi Hussein, temuan peneliti tentang negara Barat yang mencerminkan nilai Islam lebih tinggi daripada negara pemeluknya tidaklah aneh. Sebab, menurut dia, nilai Islam bisa dipakai sebagai indikator universal di mana pun.
BINTORO AGUNG S.