TEMPO.CO, Padang - Kabut asap terus menyelimuti beberapa daerah di Sumatera Barat. Kualitas udara semakin memburuk.
"Dari laporan di beberapa daerah, (kabut asap) cukup pekat," ujar Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Padang Budi Samiadji, Jumat, 28 Agustus 2015.
Bahkan, menurut Budi, jarak pandang di Bandara Internasional Minangkabau mulai menurun, hanya berkisar 2.000-3.000 meter. Padahal idealnya 10.000 meter.
Budi menjelaskan ada banyak titik panas di selatan Sumatera Barat yang terdeteksi. Pergerakan partikel pun terpantau dari selatan menuju utara. "Potensi hujan di Sumatera Barat masih tinggi. Tapi di wilayah selatan masih cukup kering," katanya.
Staf Observasi dan Informasi Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kototabang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Albert, mengatakan hari ini kualitas udara mengalami penurunan dan masuk kategori sedang. Data Stasiun GAW BMKG Kototabang menyebutkan tingkat konsentrasi aerosol atau partikel debu (PM10) mencapai 98 mikrogram per meter kubik.
Penurunan kualitas udara ini, kata Albert, diduga akibat kebakaran hutan dan lahan di Jambi dan Sumatera Selatan. Kabut asap dari sumber titik panas itu bergerak memasuki wilayah Sumatera Barat karena dibawa aliran udara atas yang bergerak dari arah selatan dan tenggara Sumatera Barat.
Menurut Albert, dari proyeksi sebaran kabut asap, terlihat bahwa daerah-daerah yang terkena dampak berada di bagian selatan dan tengah. Khususnya di sepanjang Bukit Barisan, seperti Padang, Pesisir Selatan, Dharmasraya, dan Sijunjung.
"Untuk potensi memburuk tetap ada, tapi ada peluang hujan di Sumatera Barat. Mudah-mudahan bisa meredam dampak negatif kabut asap," tuturnya.
ANDRI EL FARUQI