TEMPO.CO, Jakarta - Calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Sri Harjanti, mengatakan motif dirinya ingin menjadi salah satu pimpinan komisi antirasuah adalah karena ingin memberikan warna lain di lembaga itu. "Selama ini, KPK dipimpin laki-laki terus, kalau ada wanita, pasti berbeda warnanya," kata Sri dalam sesi wawancara KPK di Sekretariat Negara, Rabu, 26 Agustus 2015.
Ia mengatakan perempuan memiliki cara yang berbeda dalam berkomunikasi. Sehingga, dengan adanya wanita dalam pimpinan KPK, ia yakin akan ada perbedaan dalam hal berkoordinasi dengan pejabat bahkan instansi lain.
Sri pun berjanji akan melakukan beberapa gebrakan bila ia terpilih nanti. Ia mengatakan selama ini KPK lebih fokus dalam hal penegakan. "Harusnya kan jangan hanya mengobati, tapi penting juga untuk mencegah penyakit korupsi," katanya.
Ia mengatakan salah satu cara agar pencegahan korupsi bisa berjalan adalah dengan melakukan koordinasi dan komunikasi yang lebih baik. Ia yakin pencegahan di KPK sebenarnya sudah ada. "Namun sepertinya tidak terlalu terlihat karena tertutupi dengan berita penegakan terus," katanya.
Sebagai calon pimpinan asal Kejaksaan, Sri banyak ditanyakan pendapatnya tentang perselisihan antarinstansi. Ia juga ditanya tentang prestasinya sebagai penegak hukum, serta tuduhan kepadanya tentang pemotongan anggaran penyidikan hingga 50 persen. Dalam wawancara itu, Sri membawa bukti bahwa kasus itu sudah selesai. Secara pemeriksaan internal, dirinya dinyatakan tidak bersalah.
Hari ini, ada lima calon pemimpin KPK, yaitu Saut Situmorang, Sri Harijati, Sujanarko, Surya Tjandra, dan Yotje Mende. Seleksi tahap akhir ini akan melahirkan delapan calon pimpinan dari 19 orang yang tersisa. Nantinya Presiden Joko Widodo akan menyerahkan delapan nama terpilih ini ke DPR.
MITRA TARIGAN