TEMPO.CO, Gunungkidul - Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Kabupaten Gunungkidul menyatakan belum akan melakukan operasi pasar beras sebagai antisipasi dampak musim paceklik yang lebih panjang tahun ini. "Kami masih ragu apakah operasi pasar beras diperlukan,” kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Gunungkidul Hidayat kepada Tempo, Minggu, 23 Agustus 2015.
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rapat koordinasi dengan seluruh kabupaten/kota serta Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika pekan lalu mewanti-wanti dampak kemarau panjang tahun ini yang bisa berimbas pada stok beras di tiap daerah. Kemarau yang lebih panjang dinilai turut mempengaruhi mundurnya masa panen dan mempengaruhi distribusi beras ke berbagai daerah.
Hidayat mengatakan meskipun kemarau diprediksi berlangsung lebih lama, yakni baru berakhir bulan November, pemerintah tidak akan mengajukan operasi pasar. “Karena stok untuk Gunungkidul biasanya cukup,” ujarnya.
Menurut Hidayat, meskipun tidak pernah mengalami surplus yang besar, stok beras di Gunungkidul tertolong oleh kultur petani yang memilih tidak menjual keluar sebagian besar hasil panennya. Para petani memilih untuk menyimpan hasil panen demi mencukupi kebutuhan selama beberapa bulan di lumbung-lumbung milik mereka.
"Yang beredar dijual oleh petani tak pernah sampai separuhnya. Operasi pasar yang terjadi tahun lalu pun tak laku. Serapannya sedikit di Gunungkidul," ujarnya.
Kepala Badan Urusan Logistik Regional DIY Langgeng Wisnu Adinugroho mengatakan puncak kemarau yang terjadi pada bulan ini belum mempengaruhi pasokan beras petani ke gudang Bulog. "Masih kisaran 200 ton per hari, belum berkurang," ujar Langgeng. Beras tersebut kebanyakan dipasok oleh petani dari Bantul dan Kulonprogo.
Langgeng mengatakan yang justru perlu diantisipasi oleh pemerintah dalam menghadapi panjangnya kemarau tahun ini adalah musim paceklik awal tahun depan. "Kalau petani baru bisa tanam akhir November, berarti panen harus menunggu sampai Februari," ujarnya.
Untuk mengantisipasi memburuknya kemarau yang berdampak pada pasokan beras tersebut, Bulog, kata Langgeng, mulai menghimpun beras-beras premium. Hingga saat ini beras premium yang berhasil dikumpulkan tak kurang dari 2.000 ton.
"Untuk enam bulan ke depan, kami juga masih punya cadangan 23 ribu ton beras biasa. Jadi masih lumayan aman jika sewaktu-waktu pemerintah meminta operasi," ujar Langgeng.
PRIBADI WICAKSONO