TEMPO.CO, Mojokerto - Menjelang penetapan calon bupati dan wakil bupati, semua komisioner Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mojokerto “menghilang” atau tak berada di kantor KPU setempat di Jalan RA Basoeni, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Sejatinya, Senin, 24 Agustus 2015, adalah penetapan calon bupati dan wakil bupati yang memenuhi syarat pemilihan kepala daerah. “Hari ini seharusnya rapat pleno penetapan calon, tapi semua komisioner enggak ada di tempat sejak semalam,” kata salah satu staf KPU Kabupaten Mojokerto.
Baca: Wah, Artis Amel Alvi Mencak-mencak Saat Digerebek BNN
Tidak diketahui di mana para komisioner KPU Kabupaten Mojokerto menggelar rapat pleno internal sebelum diumumkan di hadapan para bakal calon yang sudah mendaftar.
Ratusan aparat Polri dan TNI disebar di sejumlah lokasi, terutama di kantor KPU dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten Mojokerto. “Petugas polres dibantu TNI dan Brimob Polda Jawa Timur menjaga kantor KPU dan Panwas,” kata Kepala Kepolisian Resor Mojokerto Ajun Komisaris Besar Budhi Herdi Susianto.
Di kantor KPU disiagakan 200 personel Polri dan TNI, termasuk Brimob Kepolisian Daerah Jawa Timur. “Kami tidak ingin kecolongan seperti pilkada tahun 2010,” ujar Budhi. Saat itu terjadi aksi anarkistis. Pendukung calon yang tidak lolos membakar sejumlah mobil dinas pemerintah saat kesepakatan pilkada damai antarcalon di gedung DPRD dan Pemerintah Kabupaten Mojokerto.
Baca Juga: Betulkah Pelacur Top AA Bertarif Rp 80 Juta Adalah Amel Alvi?
Pilkada Kabupaten Mojokerto tahun ini juga berpotensi rusuh. Ini terlihat dari perebutan rekomendasi partai politik yang saling klaim di antara calon yang bersaing. Ada tiga pasangan calon yang sudah mendaftar di KPU. Dua pasangan yang diusung parpol adalah petahana Mustofa Kamal Pasa-Pungkasiadi dan petahana Choirun Nisa (Nisa)-Arifudisnyah (Arif). Sedangkan satu pasangan adalah calon perseorangan, yakni Misnan Gatot-Rahma Shofiana.
Mustofa dan Nisa yang menjadi bupati dan wakil bupati periode 2010-2015 kali ini pecah kongsi. Mustofa-Pungkasiadi diusung tujuh parpol, yakni PDI Perjuangan, Gerindra, Golkar, NasDem, Demokrat, PAN, dan PKS. Nisa-Arif diusung empat parpol, yakni PKB, PPP, PBB, dan Hanura. Namun Nisa-Arif masih terganjal rekomendasi DPP PPP versi Djan Faridz yang juga diklaim kubu Mustofa-Pungkasiadi. Mustofa melaporkan tim sukses Nisa-Arif ke Panwas karena diduga memalsukan surat rekomendasi DPP PPP versi Djan Faridz.
Potensi rusuh lainnya adalah dugaan penipuan dan pemalsuan dukungan serta politik uang yang dilakukan calon perseorangan dan dilaporkan gabungan lembaga swadaya masyarakat (LSM) ke Panwas, tapi dinyatakan tidak memenuhi unsur pidana pemilu. LSM menuduh calon perseorangan Misnan-Shofi adalah “calon boneka” yang didanai calon petahana Mustofa.
Berita Menarik:
Heboh Rumah Tak Mempan Dirobohkan, Ahok: Saya Ada Mantra
Sengit, Giliran Ahok Tantang Rizal: Bongkar Saja Rumah Saya!
ISHOMUDDIN