TEMPO.CO , Bangkalan: Petani di Desa Bilaporah, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, masih bisa menikmati hasil panen padi padi saat musim kemarau. Padahal, aktifitas pertanian di desa Jaddih yang bertetangga dengan desa Bilaporah terhenti total akibat kesulitan air.
"Ini panen ke dua, sepanjang tahun ini," kata Tilyas, petani Desa Bilaporah, saat ditemui Sabtu, 22 Agustus 2015.
Menurut ia, keberhasilan panen ini berkat tertatanya sistem irigasi. Meski saat ini sungai sedang kering akibat kemarau, kebutuhan air untuk tanaman padi tetap terpenuhi karena ada sumur bor bantuan pemerintah. "Kami berharap desa lain dapat bantuan sumur bor juga, biar tetap bercocok tanam," ucap Tilyas.
Melihat kwalitas padi yang dipanen, Tilyas yakin dari dua petak lahan seluas 0,5 hektar miliknya akan menghasilkan beras sebanyak 2,5 ton atau sama dengan hasil panen raya tahap pertama. "Harga gabah kering sekarang Rp 4500 perkilogram, kalau misalnya dijual semua, masih untung."
Camat Socah Hosin Jamili menuturkan sejak tahun lalu total ada bantuan 6 unit sumur bor untuk pertanian. Rinciannya, tiga unit untuk Desa Bilaporah, dua unit untuk Desa Ujung Piring dan satu di Desa Keleyan. "Desa bilaporah paling banyak karena lahan pertaniannya paling luas," katanya.
Sementara itu, Data dari tim Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman Jawa Timur di Bangkalan menyebutkan dari 24 ribu hektar lahan pertanian di Bangkalan, hanya 29 hektar yang mengalami puso atau gagal panen pada tahun ini. "Yang gagal panen ini karena salah perhitungan, sudah memasuki kemarau, masih nekat tanam padi," kata Petugas POPT Jatim di Bangkalan, Agus Irianto.
Agus menyarankan untuk lahan pertanian yang tidak dilengkapi irigasi dan sumur bor, sebaiknya tidak menanam padi. "Tanam jagung atau kacang lebih tepat karena tidak butuh banyak air."
MUSTHOFA BISRI