TEMPO.CO, Bandung - Sekelompok anak muda lulusan ITB dan Unpad di Bandung membuat eFishery, penebar pakan canggih untuk ikan dan udang yang bekerja secara otomatis. Produksi alat seharga Rp 4-7 juta per unit itu telah menghasilkan omzet Rp 1 miliar selama setahun.
Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy, 24 tahun, serta dua rekan sebayanya, Muhammad Ihsan Akhirulsyah dan Chrisna Aditya, merintis pembuatan alat itu sejak 2012. Hasil uji coba dan pengembangan perangkatnya tuntas dan mulai dipasarkan ke pemilik kolam ikan skala besar dan menengah pada 2014. Bank Mandiri ikut andil lewat hibah Rp 1,5 miliar untuk pengembangan hingga sosialisasi alat.
Perangkat eFishery memakai tong plastik berkapasitas 150 liter. Ada pula ukuran 50 liter untuk kolam kecil. Di bagian bawah tong terdapat lubang berpenutup. Pakan akan berjatuhan ketika pintu katupnya terbuka otomatis. Pakan yang berjatuhan kemudian dilontarkan oleh baling-baling agar masuk ke kolam. Di bagian bawah alat itu juga dipasangi kotak kontrol. “Yang mengendalikan alat kapan dia hidup atau mati,” ujar Direktur Teknologi eFishery Chrisna Aditya.
Di dalam kotak itu juga ada komponen elektronik disertai aplikasi yang membuat mesin itu menjadi pintar dan canggih. Pengguna bisa mengatur jam makan ikan atau udang di kolam, sesuai takaran berdasarkan jumlah, jenis, bobot, dan usia ikan. Pengaturan cukup dilakukan sekali untuk seterusnya dilaksanakan oleh eFishery. “Sehari antara tiga sampai lima kali makan untuk ikan nila, emas, lele, dan udang tiap lima-sepuluh menit sekali,” kata Chrisna.
Selanjutnya, pengguna hanya tinggal menunggu laporan kerja alat dengan cara mengakses ke website dengan akun khusus. Datanya yang tersimpan di server, muncul dalam bentuk tampilan tabel atau grafik, tentang kolam-kolam yang telah diberi pakan serta jumlah pakannya. Jika jaringan Internet buruk, laporan kerja alat tetap bisa terbaca lewat kiriman pesan pendek (short message service atau SMS).
Hernan Mahardhika, 35 tahun, tertarik membeli eFishery setelah bertemu Gibran dan rekannya pemilik keramba jaring apung di Waduk Cirata. Sekitar enam bulan lalu, dua dari 14 kolam yang semuanya berisi ikan nila merah, telah dipasangi eFishery. Harganya total Rp 14 juta. “Alat itu bagus dan dibutuhkan, untuk ketepatan jumlah pakan,” ujar peternak ikan di Subang itu.
Walau begitu, Hernan menilai ada sedikit kekurangan pada alat itu, yakni semacam wadah di bagian bawah sprayer. “Ada sedikit pakan yang jatuh di pinggir kolam, perlu ada penghalang supaya pakan tidak terbuang walau sedikit,” ujarnya.
ANWAR SISWADI