TEMPO.CO, Purwakarta - Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi memperkenalkan salam khas Sunda "Sampurasun" ketika memulai pidato kebudayaan di hadapan 700 peserta dari 90 negara yang dihelat di markas PBB New York, Amerika Serikat.
Para peserta yang tergabung dalam Forum Pemimpin Muda Dunia tersebut sontak dibuat masgul. Sebab, tak satu pun dari mereka yang mengerti salam khas Sunda itu.
Namun Dedi yang juga konsisten mengenakan pakaian adat Sunda berupa baju dan celana kampret warna putih dilengkapi iket (ikat kepala) dengan percaya diri segera melanjutkanya dengan mengucapkan salam dalam bahasa Indonesia, selamat pagi, dan langsung menerjemahkannnya ke bahasa Inggris, good morning.
Para peserta pun baru sadar, lalu menyahutnya serentak dengan ucapan yang sama. Tepuk tangan membahana di ruang yang dijadikan ajang pidato kebudayaan Dedi yang diundang khusus International Young Leader Assembly di markas PBB, New York, Selasa siang waktu Amerika Serikat, 18 Agustus 2015.
Pada bagian pidato kebudayaannya yang naskahnya diterima Tempo melalui surat elektronik, Dedi mengungkapkan ihwal akar tradisi budaya pedesaan dengan sistem pendidikan berkarakter Sunda sebagai basis kekuatannya telah melahirkan kembali kekuatan lama yang sempat tergilas akar budaya luar.
Baca Juga:
"Misalnya dalam pembentukan karakter, kemandirian, kreativitas, dan kewirausahaan," Dedi menjelaskan.
Menurut dia, anak-anak sekolah di Purwakarta saat ini sudah mulai mengenal kembali akar budaya leluhurnya, misalnya, mengaji dan belajar selepas Magrib, melaksanakan puasa Senin-Kamis, salat Duha, beternak kambing, memelihara ikan, menanam padi dan palawija serta membuat tas sekolah dari bahan daur ulang. Termasuk di dalamnya belajar menabung.
Penerapan sistem pendidikan berbasis kebudayaan Sunda yang dijadikan sebagai muatan lokal dari kurikulum yang ada, menurut pengakuan Dedi, mendapatkan apresiasi yang sangat positif dari para peneliti dan ilmuan yang mengikuti dan mempelajari pidato kebudayaan yang disampaikannya itu.
"Mereka tertarik untuk meneliti. Kami persilahkan mereka datang ke Purwakarta untuk meriset langsung tentang bagaimana sistem pendidikan yang telah diterapkan di Purwakarta itu dijalankan," kata Dedi.
NANANG SUTISNA