Pak JK seharusnya memelopori perubahan mental masyarakat yang apabila mendengar “gagasan yang benar” bukannya segera dilaksanakan, tapi mempersoalkan “siapa dan bagaimana cara menyampaikannya”. Padahal gagasan kebenaran tetaplah gagasan kebenaran, meskipun disampaikan Menko Kemaritiman dengan cara yang dianggap tidak lazim.
Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt tidak akan bisa mengakhiri Perang Dunia II kalau tidak merespons gagasan Albert Einstein, ilmuwan urakan berambut awut-awutan, yang disampaikan hanya lewat surat. Namun, sejarah mencatat, surat itu gagasan bikin bom atom yang kemudian dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, sebagai penutup Perang Dunia II.
Bangsa Jepang yang feodalistik tidak akan semaju sekarang kalau tidak merespons gagasan Sakichi Toyoda, anak tukang kayu miskin, pendiri industri otomotif merek Toyota, pendorong Negeri Matahari Terbit menuju negara industri terkemuka di muka bumi.
Bahkan mungkin kita akan tetap hidup dalam kegelapan kalau tetap berkutat pada cara pandang “siapa dan bagaimana cara gagasan disampaikan”. Sebab, temuan lampu pijar dan kelistrikan dikembangkan Thomas Alva Edison, orang Amerika yang tuli.
Makanya, bangsa Indonesia harus segera mengubah mental itu. Menghormati “gagasan kebenaran” dan bukan mempersoalkan siapa dan bagaimana cara gagasan itu dilontarkan.
Pak Jusuf Kalla bisa jadi pelopor perubahan mental itu. [Adhie M. Massardi]
TIKA PRIMANDARI