TEMPO.CO, Banjarmasin - Jenazah kopilot Trigana Air, Ariadin Falani, 40 tahun, rencananya dimakamkan di kuburan Alkah Mahabbah, Kota Martapura, Kalimantan Selatan. Jenazah menempati liang lahat di Blok Cempaka 2, baris ke-6. Keluarga besar Ariadin Falani telah membeli sejumlah baris liang kubur di komplek pemakanan itu sejak 2011.
Bibi almarhum, Mariatin Saberan, mengatakan harga liang kuburnya waktu itu masih Rp 2,5 juta per lubang. "Sekarang harganya melonjak Rp 10 juta per liang kubur. Kami belum tahu jenazah kapan datang, bapak dan ibu almarhum sudah terbang ke Papua,” kata dia saat ditemui Tempo di rumahnya, Jalan Jafri Zam-Zam No 70, Kecamatan Banjarmasin Barat, Rabu 19 Agustus 2015.
Ariadin merupakan anak pertama pasangan Jaelani Saberan dan Murniati Jaelani. Ariadin punya dua adik kandung, yakni Zaki Arifadin dan Eva Kencanawati. Keluarga Jaelani sendiri membeli liang kubur di baris nomor 1-6. Adapun keluarga Mariatin membeli liang di baris I dan J nomor 1-3.
Dia mengatakan, Ariadin lahir di Banjarmasin pada 24 Oktober 1970, namun almarhum tumbuh besar di Jakarta dan Semarang. Almarhum menikah dengan Rosnila dan dikaruniai tiga anak: Rara, Nina, dan Aby. “Almarhum mengikuti tugas bapaknya di Jakarta. Terakhir, bapaknya pensiunan direktur PDAM di Kota Semarang,” kata Mariatin.
Mariatin mengenal sosok Ariadin sebagai penyabar, cerdas, dan penyayang keluarga. Selepas menamatkan pendidikan di SMAN 6 Semarang, kata dia, Ariadin meneruskan pendidikan penerbangan di Curug dan Southwind Texas Amerika. Almarhum mengawali karier pilot di maskapai komersial Trigana Air sejak 7 tahun silam.
Sepupu almarhum, Lisa, mengatakan sosok Ariadin Falani banyak menghabiskan karier sebagai pilot komersial rute perintis. Sebelum pindah tugas ke Papua empat tahun lalu, Ariadin, melayani rute perintis di wilayah Kalimantan selama tiga tahun. “Biasanya rute Banjarmasin-Sampit PP dan Banjarmasin-Palangkaraya PP,” ujar Lisa.
Mariatin menambahkan, keluarga Jaelani Saberan dan Murniati menghabiskan masa pensiun di Kota Banjarbaru sejak tiga tahun lalu. Mereka membeli rumah di bilangan komplek Ratu Elok Banjarbaru. Jika jenazah tiba, rencananya disalatkan langsung di komplek pemakaman. “Di sana ada lokasi untuk menyolatkan jenazah.”
Saat ini, keluarga besarnya sedang menunggu hasil tes DNA. Ia berharap jenazah segera dikuburkan. “Kami menunggu informasi dari bapak almarhum yang berada di Papua,” ujar dia.
Pesawat Trigana Air jenis ATR 42 PK YRN berangkat dari Bandara Sentani Minggu, 16 Agustus 2015, sekitar pukul 14.21 WIT dan seharusnya tiba di Bandara Oksibil sekitar pukul 15.15 WIT. Tapi pesawat mengalami lost contact sekitar pukul 14.55 WIT. Senin pagi, 17 Agustus 2015, serpihan pesawat ditemukan di koordinat 04 derajat 49 menit 289 Lintang S, 140 derajat 29 menit 953 BT .
DIANANTA P. SUMEDI