TEMPO.CO, Martapura - Ofilie Muda tak menyangka dua kali pukulan di pundak selepas menunaikan salat zuhur, Minggu, 16 Agustus 2015, merupakan firasat buruk bagi keluarga besarnya. Saat itu, Ofilie sedang rehat untuk menunaikan salat di sebuah masjid di jalur Trans Kalimantan, sepulang dari Palangkaraya ke Banjarmasin.
Ia baru menyadari pukulan itu merupakan satu teguran dari kopilot Trigana Air, Ariadin Falani, setelah berita jatuhnya Trigana Air menyebar ke media. Yang membuat Ofilie semakin yakin itu teguran Ariadin karena peristiwa jatuhnya Trigana terjadi pada waktu yang sama saat Ofilie salat zuhur.
“Dia dipukul dua kali di pundak, tapi ketika dilihat ke belakang, tidak ada orang. Katanya Ofilie merinding,” cerita ibu kandung Ofilie sekaligus tante almarhum Ariadin Falani, Mariatin Saberan, kepada Tempo, Rabu, 19 Agustus 2015.
Ofilie, kata Mariatin, memang dikenal sebagai saudara karib Ariadin semasa kecil. Karena itu, tak berlebihan jika Ofilie dihinggapi firasat aneh pada hari dan waktu yang sama saat Trigana Air jatuh, Minggu, 16 Agustus 2015.
Pada Lebaran Idul Fitri tahun ini, almarhum Ariadin dan keluarganya sempat berlibur sepuluh hari di Banjarbaru. Mereka menghabiskan cuti dengan liburan ke Loksado untuk memancing dan wisata kuliner. Mariatin tak menyangka Idul Fitri 1436 Hijriah tahun 2015 merupakan akhir pertemuannya dengan Ariadin Falani.
Jenazah kopilot Trigana Air Service, Ariadin Falani, 40 tahun, rencananya dimakamkan di kompleks pemakaman Alkah Mahabbah, Kota Martapura, Kalimantan Selatan. Jenazah menempati liang kubur di Blok Cempaka 2, baris keenam. Keluarga besar Ariadin Falani telah membeli sejumlah baris liang kubur di kompleks pemakaman itu sejak 2011.
“Harga liang kuburnya waktu itu masih Rp 2,5 juta per liang. Sekarang harganya melonjak Rp 10 juta per liang kubur,” ujar Mariatin.
Pesawat Trigana Air jenis ATR 42 PK YRN berangkat dari Bandara Sentani pada Minggu, 16 Agustus 2015, sekitar pukul 14.21 WIT, dan seharusnya tiba di Bandara Oksibil sekitar pukul 15.15 WIT. Namun pesawat mengalami hilang kontak sekitar pukul 14.55 WIT. Senin pagi, 17 Agustus 2015, serpihan pesawat ditemukan di koordinat 04 derajat 49 menit 289 Lintang Selatan, 140 derajat 29 menit 953 Bujur Timur.
DIANANTA P. SUMEDI