TEMPO.CO, Tangerang -Pemerintah Kabupaten dan Kota Tangerang menilai perbaikan pintu air Bendung 10 Cisadane yang dilakukan Kementrian Pekerjaan Umum berlangsung sangat lambat. Kedua pemerintahan ini mengancam mengambil alih pekerjaan perbaikan pintu yang jebol sejak akhir Juli lalu itu.
”Apabila hingga Rabu besok belum bisa ditangani, Kamis akan ada rapat lagi. Dan kalau belum juga ada solusi, terpaksa Pemkab dan Pemkot, beserta PDAM, akan ambil alih,” kata Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar kepada Tempo, Selasa 18 Agustus 2015.
Zaki kecewa melihat progres perbaikan pintu air Bendung Cisadane tidak memperlihatkan progres dan tidak ada solusi mengatasi krisis air di Tangerang. Padahal ada tiga perusahaan air bersih di Tangerang yang menggantungkan sumber air baku pada air permukaan sungai itu. ”Warga juga sangat mengandalkan air sungai ini untuk mandi dan cuci serta bercocok tanam,” kata Zaki.
Ia menegaskan, pemerintah kabupaten Tangerang terus berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum. Pemerintah kabupaten dan kota Tangerang terus mendesak agar perbaikan pintu air ini dituntaskan. Pemerintah kabupaten dan kota Tangerang, Zaki menegaskan, siap mengambil alih perbaikan dan pemeliharaan pintu air Bendung 10 Cisadane. ”Anggaran kami siap.”
Akibat keringnya Sungai Cisadane, menurut Zaki, kekeringan di wilayah Kota dan Kabupaten Tangerang saat ini semakin parah dan meluas. ”Yang paling parah di Kecamatan Kresek, Kronjo, Gunung Kaler, Mekar Baru, Kemeri, Rajeg dan Mauk,” katanya.
Kondisi itu semakin parah setelah PDAM berhenti produksi air bersih karena tidak ada air baku. ”Karena PDAM saat ini berhenti berproduksi, bantuan air bersih untuk masyarakat yang terkena dampak kemarau terpaksa digilir.” Pemerintah kabupaten Tangerang mengerahkan 48 mobil tangki untuk mendistribusikan air bersih ke daerah-daerah krisis air.
JONIANSYAH