Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Eksil Tragedi 1965 Rayakan HUT RI ke-70 di Belanda  

image-gnews
Tim musik keroncong perhimpunan eksil Indonesia di Belanda. TEMPO/Yuke Mayaratih
Tim musik keroncong perhimpunan eksil Indonesia di Belanda. TEMPO/Yuke Mayaratih
Iklan

TEMPO.CO, Amsterdam -Para eksil warga Indonesia merayakan kemerdekaan Indonesia  secara meriah setiap 5 tahun. Tahun ini, mereka kembali merayakan kemerdekaan Indonesia dengan meriah. Sekitar 100 warga Indonesia memenuhi gedung De Schakel – Amsterdam. Sebagian besar usia mereka sudah uzur, namun nampak sehat dan bugar. 

Mereka pada  hari Minggu, 16 Agustus 2015, berkumpul memenuhi undangan  Perhimpunan Persaudaraan untuk merayakan kemerdekaan Indonesia ke-70 tahun. Usai acara resmi perayaan kemerdekaan , dilanjutkan dengan acara hiburan. Suasana menjadi cair.

Ada paduan suara, pembacaan puisi Kerawang Bekasi yang dibacakan eksil Sungkono, ada alunan musik keroncong dan tari-tarian tradisional bali dan jaipong. Saat eksil Chalik Hamid membacakan puisi berjudul “Senyum Manis Sang Jenderal, semua orang yang tadinya asyik ngobrol, tiba-tiba terdiam. Puisi  itu diambil dari buku “Cerobong besi – antologi puisi seBUMI #2”. Sesekali ada senyuman mengambang di wajah para tamu. Karena puisi yang digambarkan seperti sosok mantan presiden Soeharto dibawakan dengan jenaka dan penghayatan penuh.

Sambil menikmati rangkaian acara, beberapa orang mulai membeli makanan, dan minuman. Panitia menggelar 2 jenis makanan. Lontong sayur dan bakso yang dijual seharga 3 euro dan 3,50 euro. Sementara snack lemper, martabak dan risoles dibanderol 1-1.25 euro. Uang hasil penjualan 10 persen masuk ke kas organisasi perhimpunan persaudaraan.

Menurut Sungkono, acara perayaan seperti ini tidak tiap tahun digelar. Hanya tiap 5 tahun sekali. Karena terkait biaya dan teknis acara dan lain-lain. “Lha, kumpulan ini hanya memungut 2euro per bulan dari tiap anggota yang jumlahnya saat ini hanya tinggal sekitar 70 orang saja. Lainnya sudah banyak yang meninggal dunia. Dan yang masih ada juga sudah sepuh seperti ini. Tempat tinggal kami juga tidak semuanya di Amsterdam. Jadi kami tak bisa tiap tahun merayakan acara peringatan kemerdekaan Indonesia seperti ini," ujar Sungkono.

Namun tiap tahun, ujarnya, para eksil  tetap memperingati kemerdekaan, dalam bentuk yang sederhana. Misalnya tidak harus menyewa gedung dan juga membayar transportasi penari dan pemusik, jelas Sungkono.

Untuk menggelar acara seperti ini, paling tidak sebesar 400 euro atau Rp 6,16 juta harus keluar dari kas Perhimpunan persaudaraan. “Selain dari uang kas, ada juga orang di luar anggota yang bersimpati dengan organisasi ini ikut memberikan bantuan, meskipun tidak besar. Makanya kita sediakan kotak sumbangan ( berupa boks yang diberi celah untuk memasukkan uang) di depan pintu masuk," ujar Sungkono.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seringkali jumlah sumbangan yang diberikan  100-an euro bahkan lebih. Uang inilah yang digunakan untuk acara kumpulan yang kerap diadakan para eksil. Misalnya diskusi dengan narasumber dari Indonesia, acara nonton film bersama dan lainnya.

Acara berlanjut dengan penuh keakraban. Di sela-sela acara menyanyi dan joget bersama diiringi musik, beberapa di antaranya tampak berbincang-bincang santai, tertawa dan penuh guyon.

Lagu Genjer-genjer dibawakan Suranto Pronowardojo dengan iringan organ. Menurut Chalik Hamid, lagu Genjer-genjer itu kan sebenarnya lagu biasa. “Lagu ini sangat terkenal di zaman saya dulu. Hanya kemudian dipolitisir dan dijadikan cap seolah-olah itu adalah lagunya PKI," kata Chalik Hamid.

Chalik  adalah salah satu asil yang juga Ketua yayasan Sejarah dan Budaya Indonesia. Buku kumpulan puisinya berjudul “Mawar Merah” diterbitkan tahun 2008 di Bandung.

Acara HUT kemerdekaan Indonesia ke-70  terus berlangsung sampai jam 4 sore waktu  Amsterdam. 

YUKE MAYARATIH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

29 Agustus 2015

Ilustrasi. wikimedia.org
Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

Desa di Indonesia ini baru dialiri listrik setelah Republik Indonesia merdeka 70 tahun.


Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

25 Agustus 2015

Anna Sembiring, Petugas konservasi POLIN Museum of The History of Polish Jews. TEMPO/ L.R. Baskoro
Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

Wanita berdarah Batak Karo, Anna Sembiring, bekerja di museum sejarah Yahudi terbesar di Eropa.


Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

22 Agustus 2015

Seorang warga Suku Dayak Landak menngoperasikan kameranya jelang ikuti Karnaval Katulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, 22 Agustus 2015. Karnaval Katulistiwa tersebut akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Agustus 2015 siang nanti. TEMPO/Subekti
Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

Sultan Syarif Abdurrachman Al-Kadrie, Raja Kesultanan Pontianak, mengatakan telah menyiapkan gelar khusus untuk Presiden Jokowi.


HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

19 Agustus 2015

Sejumlah peserta bersaing ketat di lintasan balap kuda, agar dapat keluar sebagai juara di perlombaan Vesta Fillies' Handicap. Lingfield, Inggris, 13 Agustus 2015. Justin Setterfield/Getty Images
HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

Pacuan kuda berhadiah total Rp 252 juta itu digelar hingga Ahad mendatang.


Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

19 Agustus 2015

Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

Sejak usia tiga tahun, Felicia bersama saudaranya bermain upacara bendera dan dia paling sering berperan sebagai pembawa bendera.


Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

19 Agustus 2015

Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Maria Felicia Gunawan berasal dari SMAK Penabur Gading Serpong, Provinsi Banten. Tempo/Aditia Noviansyah
Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

Maria Felicia Gunawan, siswi kelas XI SMAK Penabur Gading Serpong, terpilih membawa baki duplikat bendera pusaka saat upacara 17 Agustus di Istana.


Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

19 Agustus 2015

Finalis Indonesian Idol asal Medan Di Muhammad Devirzha atau Virzha. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

Juri tidak sepakat dengan keputusan Virzha ketika memberi warna pada gunung dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI.


Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

19 Agustus 2015

Seorang pengendara sepeda menghadang laju konvoi motor gede (moge) di perempatan Condong Catur, Yogyakarta, 15 Agustus 2015. Aksi Elanto Wijoyono, pria pemberani tersebut membuat heboh Nitizen di sejumlah sosial media. youtube.com
Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

Roy menganggap polisi seharusnya bisa membedakan pengawalan untuk urusan kenegaraan dan bukan.


Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

19 Agustus 2015

Jusuf Kalla. ANTARA/Ismar Patrizki
Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

Kalla mengatakan bahwa peserta tak seharusnya membawa atribut organisasi yang dilarang dalam undang-undang.


Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

18 Agustus 2015

Pasukan Paskibraka mengibarkan Bendera Merah Putih saat upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

JK mengatakan sikapnya saat upacara sama seperti Bung Hatta.