TEMPO.CO, Yogyakarta - Puluhan pencinta sepeda tua Yogyakarta yang tergabung dalam berbagai komunitas menggelar upacara peringatan Hari Kemerdekaan di Museum Sandi Negara Kotabaru, Yogyakarta, Senin, 17 Agustus 2015.
Yang menarik, dalam bagian pidatonya, komunitas yang hobi mengenakan pakaian kuno menyerupai pejuang kemerdekaan 1945 itu turut menyindir insiden penghadangan konvoi motor gede oleh aktivis Elanto Wijoyono yang menghebohkan publik Yogya dua hari terakhir.
"Mari semakin santun di jalan, hormati pengguna jalan, dan tegakkan peraturan di jalanan dengan benar," ujar Muntowil, koordinator komunitas sepeda Paguyuban Onthel Djokjakarta (Podjok), dalam pidatonya.
Sabtu, 15 Agustus 2015, Elanto Wijoyono dan rekannya Andika Faiizal Haqi menghadang konvoi rombongan moge yang melintas di simpang Condong Catur. Mereka merupakan peserta Jogja Bike Rendezvous 2015 yang hendak menggelar upacara di Candi Prambanan. Aksi penghadangan nekat itu hanya dilakukan Elanto dengan sepedanya.
Muntowil menuturkan kegiatan konvoi dengan pengawalan kepolisian cenderung menimbulkan perasaan diskriminatif pengguna jalan lain. Pengawalan tersendiri pada bukan pejabat negara itu menimbulkan kesan bahwa pelayanan publik seolah tebang pilih, berdasarkan siapa yang mengakses.
"Kalau mau konvoi tertib, itu tergantung kendali ketua kelompoknya, mampu tidak. Banyak konvoi juga tak melibatkan pengawalan polisi tetap lancar," ujar Muntowil usai upacara.
Pasca-penghadangan Elanto pada konvoi moge itu, muncul sejumlah tanggapan netizen. Sebagian besar memuji dan mendukung tindakan Elanto karena sudah jengah dengan perilaku rombongan moge yang selama ini sudah menjadi rahasia umum selalu diistimewakan. Namun ada juga yang menuding Elanto cari sensasi.
Termasuk, yang menantang Elanto juga menertibkan "sendiri" komunitas sepeda yang dekat dengannya selama ini. Di Yogya, ada sebuah gerakan Jogja Last Friday Ride atau JLFR. Biasanya setiap Jumat petang di akhir bulan, komunitas sepeda keluar dan iring-iringan di jalan mengkampanyekan penggunaan sepeda.
Namun, Muntowil tak mempermasalahkan tantangan itu. "Selama ini kami konvoi sepeda tak minta dikawal sebab selalu ada koordinator yang bisa mengatur saat di jalan raya," ujarnya.
Adanya desakan dari publik memboikot motor gede masuk Yogya, Muntowil mengatakan hal itu tak perlu dilakukan. "Sepanjang bisa taat lalu lintas, menghomati pengguna jalan lain, tak dibedakan perlakuannya, kendaraan segede apa pun tak perlu diboikot," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO