TEMPO.CO, Sidoarjo - Puluhan murid Madrasah Aliyah Kholid bin Walid Renokenongo, Porong, Sidoarjo, menggelar upacara di atas lumpur Lapindo di tanggul titik 42. Selain dalam rangka memperingati HUT ke-70 RI, upacara itu dilakukan untuk mengenang sekolah serta mengingatkan pemerintah untuk segera memberikan ganti rugi.
"Selain untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia, upacara ini juga untuk mengenang sekolah kita yang terendam lumpur," kata Kepala MA Kholid bin Walid, Ali Mas'ad, seusai upacara, Senin, 17 Agustus 2015.
Menurut Ali, sampai saat ini Madrasah Aliyah Kholid bin Walid belum mendapat ganti rugi. "Kita mengingatkan pemerintah, dalam hal ini Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo, untuk memberikan ganti rugi," kata dia.
MA Kholid bin Walid berada di Desa Renokenongo, salah satu desa yang hilang karena terendam lumpur. Sejak semburan lumpur terjadi sembilan tahun silam, sekolah pindah ke Desa Glagah Arum. "Sementara ini kita menyewa dua rumah di Desa Glagah Arum," ujarnya.
Ali mengatakan jumlah ganti rugi yang belum sekolahnya terima itu sekitar Rp 3 miliar. "Ini semua kita lakukan untuk mendapatkan hak-hak kita. Karena itu, kita berharap pemerintah segera membayarnya," katanya.
Upacara memperingati hari kemerdekaan Indonesia tersebut diikuti sekitar 40-an siswa dan sejumlah guru. Mereka melakukan upacara di atas lumpur yang mengeras, tak jauh dari pusat semburan atau sekitar 300 meter.
NUR HADI