TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Pengembangan pada Asisten Deputi Peningkatan Sumber Daya Pemuda dan Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Esa Sukmawijaya mengatakan komunikasi adalah salah satu masalah kepemudaan saat ini. “Masalah komunikasi itu yang paling parah,” katanya acara perayaan Hari Pemuda Internasional 2015 di @america, Pacific Place, Jakarta, Jumat, 14 Agustus 2015.
Ia mengatakan masalah komunikasi bisa terjadi antara orang tua dan anak di dalam rumah. “Mereka kan beda generasi, jadi komunikasi antara orang tua dan anaknya tidak terlalu bagus,” ujarnya. Akibatnya, banyak pemuda yang kurang memiliki hubungan baik dengan orang tuanya.
Masalah komunikasi lain ada antara pemerintah, yang berperan seperti orang tua dalam negara, dan pemuda di Indonesia. Ia mengatakan undang-undang tentang kepemudaan sebenarnya sudah baik dan cukup membantu mengembangkan para pemuda. Namun, sayang, sosialisasinya kurang sehingga para pemuda tidak banyak yang tahu dan tidak mau tahu.
“Kebanyakan sosialisasinya itu bentuk undang-undang yang kaku dan gaya orang tua, harusnya melalui bentuk komik, film, musik, atau hal yang disukai anak muda,” tuturnya.
Esa mengatakan tujuan yang ada dalam undang-undang tentang kepemudaan pun kurang tersampaikan lantaran “jembatan penghubung”, yaitu komunikasi antara pemerintah dan pemuda, kurang mulus.
Sebagai pemerintah, ia mengaku sudah mulai mengajak banyak pihak untuk melakukan sosialisasi tentang kepemudaan ini. Salah satu kegiatan yang sudah dilakukan Kementerian adalah bekerja sama dengan communities-komunitas para pemuda.
Contohnya, kata dia, di dunia maya. Selain mempublikasikan isu dan perkembangan terbaru tentang kepemudaan pada laman resmi Kemenpora yang didesain kaku, kata Esa, timnya pun sudah bekerja sama dengan komunitas untuk membuat laman www.anakmuda.net yang mengajak semua anak muda Indonesia menyampaikan aspirasi.
Wakil United Nations Population Fund (UNFPA) untuk Indonesia, Jose Ferraris, memiliki pandangan sendiri tentang tantangan yang masih dialami para pemuda Indonesia. Menurut dia, salah satu masalah besar yang dialami pemuda Indonesia, yang mencapai 66 juta orang, adalah kurangnya kesempatan. “Mereka tidak diberi kesempatan yang cukup dari pemerintah dan lingkungannya,” ucapnya.
Ferraris mengatakan masyarakat harus mengubah pola pikir itu. Ia berharap akan ada aktivitas untuk pemuda yang dibuat juga oleh para pemuda, contohnya dalam kegiatan politik, legislasi, dan aksi-aksi sosial serta kewirausahaan. “Setelah kami kumpulkan, sudah ada kok yang melakukan kegiatan dari dan untuk pemuda sejak usia mereka 14 tahunan. Maka kesempatan mereka perlu diberikan,” kata pria berjas abu-abu itu.
Menurut dia, pemuda Indonesia berpotensi memberikan banyak prestasi cemerlang bagi pribadi dan negara. “Mereka sudah buktikan itu. Yang dibutuhkan anak muda itu hanya ide dan mimpi untuk merealisasikannya,” ujarnya.
Dalam merayakan Hari Pemuda Internasional bertema Youth Civic Engagement, yang sebenarnya jatuh pada 12 Agustus, UNFPA meluncurkan buku berisi profil 30 pemuda Indonesia yang berprestasi pada berbagai bidang. “Ini buku edisi kedua kami, setelah tahun lalu buku yang sama berisi hanya 15 profil pemuda berprestasi Indonesia mendapat sambutan hangat dari masyarakat,” tuturnya.
Melalui buku ini, Jose berharap pemerintah Indonesia bisa melihat kemampuan yang dimiliki para pemudanya untuk membangun Indonesia. Penyanyi Vidi Aldiano dan aktris Maudy Ayunda juga termasuk tokoh yang diprofilkan dalam buku itu. Mereka dinilai sudah memiliki prestasi yang cemerlang pada bidangnya.
MITRA TARIGAN
VIDEO TERKAIT: