Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jelang Hari Kemerdekaan, TNI Gelar Seminar Kebangsaan

image-gnews
Ilustrasi: Nita Dian
Ilustrasi: Nita Dian
Iklan

TEMPO.CO, Makassar - Menjelang peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70 tahun, Komando Daerah Militer (Kodam) VII/Wirabuana menggelar seminar kebangsaan di Balai Prajurit M Yusuf, Makassar, Jumat, 14 Agustus. Seminar kebangsaan itu dihadiri oleh perwakilan seluruh elemen di lingkup Sulawesi Selatan, antara lain kepolisian, pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh adat, mahasiswa dan pelajar.

Panglima Kodam VII/Wirabuana, Mayor Jenderal TNI Bachtiar, mengatakan seminar kebangsaan itu dilaksanakan serentak di semua daerah. Kegiatan itu diharapkan mampu menguatkan wawasan kebangsaan setiap warga dan menemukan solusi atas pelbagai permasalahan bangsa. Terlebih, Indonesia tengah dirundung banyak masalah yang mendesak untuk dicarikan jalan keluar.

Bachtiar menerangkan beberapa permasalahan yang merundung negara ini, antara lain kian lemahnya nilai mata uang rupiah, maraknya korupsi, dan ancaman terorisme. Di samping itu, maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkotika, potensi konflik antar-umat beragama dan kejahatan konvensional, seperti begal dan permasalahan lain juga tak menjadi perhatian untuk dituntaskan

Tak berhenti sampai di situ, Bachtiar menuturkan fenomena lain yang menjadi persoalan yang harus diwaspadai, yakni proxy war. Hal itu adalah sebuah konfrontasi antara kekuatan besar yang disinyalir merupakan rekayasa dari pihak maupun negara luar. "Kondisi riil sekarang, kita rapuh. Karenanya, menjelang proklamasi kemerdekaan, mesti tingkatkan permasalahan bangsa," katanya, Jumat, 14 Agustus.

Banyak permasalahan bangsa, Bachtiar menyebut dapat diselesaikan dengan merevitalisasi pemahaman terhadap empat pilar kebangsaan. Di antaranya, Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Hal itu bisa diperoleh melalui pendidikan formal dan informal. Bachtiar mendorong agar semua instansi terkait, seperti Kementerian Pendidikan memasukkannya dalam kurikulum mulai pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan dan Barat, Brigadir Jenderal Ike Edwin, mengatakan wawasan dan pilar kebangsaan akan terus hidup sepanjang masyarakat tetap berpegang pada kearifan lokal. "Tak ada Pancasila bila tidak ada kearifan lokal. Itu sangat penting dan jangan malah ditinggalkan karena itulah pemersatu" tuturnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Edwin menerangkan Kepolisian senantiasa mengedepankan kearifian lokal dalam menciptakan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat. Musababnya, dari situlah bisa dibuat program untuk menyelesaikan sejumlah persoalan. Dengan begitu segala persoalan dapat tuntas dan akhirnya dapat menuju Indonesia Emas pada 2045.

Ketua Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Syamsu Alam, mengatakan pelbagai permasalahan bangsa akan terus terjadi dari masa ke masa. Itu merupakan ancaman dan tantangan untuk ditaklukkan. "Tinggal bagaimana menciptakan strategi untuk dapat terus maju ke depan," ucap dia.

Soal wawasan dan pilar kebangsaan, Syamsu mengatakan mesti digaungkan lagi secara intensif dan berkelanjutan. Ia mencontohkan sosialisasi Pancasila yang dinilainya semakin berkurang dalam pendidikan, baik di bangku sekolah maupun bangku perkuliahan. "Itu harus dilakukan secara continue karena generasi terus lahir," ujarnya.

TRI YARI KURNIAWAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

29 Agustus 2015

Ilustrasi. wikimedia.org
Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

Desa di Indonesia ini baru dialiri listrik setelah Republik Indonesia merdeka 70 tahun.


Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

25 Agustus 2015

Anna Sembiring, Petugas konservasi POLIN Museum of The History of Polish Jews. TEMPO/ L.R. Baskoro
Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

Wanita berdarah Batak Karo, Anna Sembiring, bekerja di museum sejarah Yahudi terbesar di Eropa.


Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

22 Agustus 2015

Seorang warga Suku Dayak Landak menngoperasikan kameranya jelang ikuti Karnaval Katulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, 22 Agustus 2015. Karnaval Katulistiwa tersebut akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Agustus 2015 siang nanti. TEMPO/Subekti
Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

Sultan Syarif Abdurrachman Al-Kadrie, Raja Kesultanan Pontianak, mengatakan telah menyiapkan gelar khusus untuk Presiden Jokowi.


HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

19 Agustus 2015

Sejumlah peserta bersaing ketat di lintasan balap kuda, agar dapat keluar sebagai juara di perlombaan Vesta Fillies' Handicap. Lingfield, Inggris, 13 Agustus 2015. Justin Setterfield/Getty Images
HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

Pacuan kuda berhadiah total Rp 252 juta itu digelar hingga Ahad mendatang.


Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

19 Agustus 2015

Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

Sejak usia tiga tahun, Felicia bersama saudaranya bermain upacara bendera dan dia paling sering berperan sebagai pembawa bendera.


Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

19 Agustus 2015

Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Maria Felicia Gunawan berasal dari SMAK Penabur Gading Serpong, Provinsi Banten. Tempo/Aditia Noviansyah
Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

Maria Felicia Gunawan, siswi kelas XI SMAK Penabur Gading Serpong, terpilih membawa baki duplikat bendera pusaka saat upacara 17 Agustus di Istana.


Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

19 Agustus 2015

Finalis Indonesian Idol asal Medan Di Muhammad Devirzha atau Virzha. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

Juri tidak sepakat dengan keputusan Virzha ketika memberi warna pada gunung dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI.


Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

19 Agustus 2015

Seorang pengendara sepeda menghadang laju konvoi motor gede (moge) di perempatan Condong Catur, Yogyakarta, 15 Agustus 2015. Aksi Elanto Wijoyono, pria pemberani tersebut membuat heboh Nitizen di sejumlah sosial media. youtube.com
Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

Roy menganggap polisi seharusnya bisa membedakan pengawalan untuk urusan kenegaraan dan bukan.


Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

19 Agustus 2015

Jusuf Kalla. ANTARA/Ismar Patrizki
Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

Kalla mengatakan bahwa peserta tak seharusnya membawa atribut organisasi yang dilarang dalam undang-undang.


Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

18 Agustus 2015

Pasukan Paskibraka mengibarkan Bendera Merah Putih saat upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

JK mengatakan sikapnya saat upacara sama seperti Bung Hatta.