TEMPO.CO, Malang - Sebanyak lima pendaki mengalami celaka dalam kegiatan pendakian Gunung Semeru sepanjang Juli hingga Agustus 2014.
Bahkan, empat pendaki dilaporkan mengalami kecelakaan di Gunung Semeru dalam waktu hampir sepekan di bulan Agustus ini. Keempat orang ini bukan dalam satu rombongan. Satu orang lagi mengalami celaka pada awal Juli lalu.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari menginformasikan, satu dari empat pendaki meninggal, dua orang luka-luka, dan seorang lagi masih hilang (saat berita ini tayang, sudah ditemukan).
Pendaki yang hilang dan sudah ditemukan bernama Daniel Saroha, 31 tahun, penduduk RT 02/RW 01 Kampung Bojong Jengkol, Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pendaki yang luka berjenis kelamin pria dan wanita. Yang pria bernama Muhammad Rendika, pelajar berusia 20 tahun dan beralamat di Jalan Penguin VII/157 Desa Kenanga Baru, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kota Medan.
Rendika mengalami patah kaki dan Rabu malam, 12 Agustus 2015 dirujuk ke Rumah Sakit Umum Sjaiful Anwar (RSSA), rumah sakit milik Provinsi Jawa Timur yang berada di Kota Malang. Rendika ditemani sang adik, kawan-kawannya, dan sukarelawan Taruna Siaga Bencana Palang Merah Indonesia (Tagana PMI) Kabupaten Malang.
“Rendika mengalami patah kaki. Seorang pendaki perempuan dilaporkan mengalami patah tangan, tapi identitasnya masih kami cari karena dia menolak kecelakaan yang dia alami diketahui orangtuanya,” kata Ayu, Kamis pagi, 13 Agustus 2015.
Ayu melanjutkan, pendaki yang meninggal bernama Dania Agustina Rahman, 19 tahun. Perempuan kelahiran Sukabumi, 7 Agustus 1996, ini beralamat di Jalan Arif Rahman Hakim, Komplek Perbata Nomor 4, RT 04/RW 04 Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Jenazah Dania dievakuasi ke Ranupani dan selanjutnya dengan ambulans dibawa ke RSU dr Haryoto, Lumajang.
Dania, Rendika, dan pendaki perempuan yang belum diketahui identitasnya itu mengalami kecelakaan saat menapaki jalur berpasir di punggung Gunung Semeru pada Rabu, 12 Agustus, sekitar pukul 05.30 WIB. Namun, menjelang 200 meter dari puncak, sebuah batu berdiameter 80 sentimeter menggelinding dan mengenai mereka dalam posisi terpisah.
Dania dievakuasi dalam kondisi meninggal, dengan luka di bahu kiri dan belakang telinga. Rendika mengalami patah kaki kiri. Pendaki perempuan yang seorang lagi mengalami patah tangan kanan.
Sedangkan Daniel mendaki hingga ke puncak Semeru bersama rombongan berjumlah 21 orang pada Senin dinihari, 10 Agustus. Mereka turun saat matahari mulai siang. Daniel masih terlihat pada pukul 11.00 WIB di batas vegetasi terakhir yang berbatasan dengan Pos Arcopodo, base camp kesembilan dari 10 rute pendakian Gunung Semeru.
Anggota rombongan menanti Daniel hingga pukul 14.00 WIB, tapi pria berusia 31 tahun itu tidak muncul juga. Akhirnya, dua orang diutus turun ke Pos Kalimati untuk meminta pertolongan porter. Mereka pun turun lagi untuk melapor ke Kantor Resor Ranupani, pos pendaftaran seluruh pengunjung Semeru.
Laporan itu ditindaklanjuti TNBTS dengan mengirim tim advance pertama beranggotakan lima orang untuk menyisir wilayah Arcopodo. Pencarian dibantu porter dan komunitas Saver (Sahabat Volunteer Semeru). Pencarian Rabu kemarin masih nihil.
“Kamis pagi tadi (kemarin) pencarian kami lanjutkan dengan melibatkan sekitar 200 orang, gabungan dari beberapa instansi, termasuk personel militer dan polisi. Kami cari sampai Daniel ketemu,” ujar Ayu.
Pendaki kelima yang mengalami celaka bernama Budiawan, penduduk Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Mahasiswa berumur 21 tahun ini tersesat di Blank 75 saat menuruni Semeru pada 2 Juli lalu. Budiawan ditemukan selamat pada Minggu, 5 Juli, dalam kondisi luka berat dan patah tulang di beberapa bagian tubuh.
ABDI PURMONO