TEMPO.CO , Yogyakarta: Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Ali Agus, mengkritik kebijakan pembatasan kuota impor sapi pada kuartal III tahun ini yang hanya 50 ribu ekor saja.
Menurut dia, pembatasan kuota impor ini menjadi penyebab utama kelangkaan daging sapi di pasar domestik dalam sepekan belakangan. "Dugaan ada permainan kartel sulit untuk dibuktikan," kata Ali kepada Tempo pada Rabu, 12 Agustus 2015.
Ketua Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia ini menjelaskan asumsi pemerintah mengenai ketersediaan suplai sapi lokal yang memadai, sehingga kuota impor layak dibatasi, mengacu pada data yang tidak akurat. Ali mengingatkan data jumlah sapi lokal di Indonesia merupakan hasil survei lima tahunan.
"Selama lima tahun, kondisi populasi sapi lokal banyak mengalami perubahan," kata dia.
Apalagi, sistem distribusi tata niaga hewan ternak di Indonesia memiliki infrastruktur yang buruk. Menurut Ali, populasi sapi di Indonesia memang besar, tapi lokasinya tersebar di banyak pulau. Dia mencontohkan pengiriman sapi asal Nusa Tenggara Barat ke Pulau Jawa memerlukan biaya mahal. Sementara, konsentrasi konsumsi daging sapi nasional ada di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Kondisi ini membuat pedagang lebih memilih sapi impor karena ternak lokal dari kawasan luar Jawa menjadi sangat mahal ketika dikirim ke pasar Jakarta.
Kesalahan lain, Ali mengimbuhkan, pembatasan kuota impor sapi keluar pada kuartal III 2015 atau menjelang Hari Raya Idul Adha. Dia memperkirakan saat ini mayoritas peternak lokal memilih tidak menjual sapi jantan untuk menunggu kenaikan harga saat mendekati Perayaan Hari Raya Kurban.
"Silakan cek di pasar-pasar lokal, saat ini pasti sulit menemukan sapi jantan dijual oleh peternak," kata Ali.
Dalam kondisi sekarang, Ali mengatakan, angka kuota paling moderat untuk impor sapi adalah 450 ribu ekor per tahun. Jumlah ini merupakan batas paling minimal agar ada keseimbangan antara permintaan dan suplai daging sapi di pasar domestik.
Ketua Paguyuban Pengusaha Dagang Sapi Segoroyoso (PPDS) Kabupaten Bantul, Ilham Akhmadi, juga berpendapat pemerintah telah salah dalam menghitung ketersediaan sapi lokal untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik sehingga gegabah membatasi kuota impor.
Ilham juga berpendapat kesalahan itu muncul akibat tidak adanya data yang memadai mengenai kondisi populasi sapi lokal. "Terakhir ada survei pada 2012 lalu, kondisi sekarang pasti sudah berbeda," kata dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
VIDEO TERKAIT: