TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menceritakan bagaimana dia bisa menjabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.
Itu bermula ketika dia dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Presiden, Selasa malam, 11 Agustus 2015. "Dia bilang, ‘Pak Sofyan pindah tempat.’ Saya bilang, ‘Terima kasih sekali, Pak Presiden’," kata Sofyan di kantor Bappenas, Rabu, 12 Agustus 2015.
Kepada Jokowi, Sofyan menuturkan yang penting baginya bisa mengabdi kepada negara di mana pun. Lalu Jokowi berpesan kepada Sofyan terkait dengan jabatan barunya. "Pak Presiden mengatakan bahwa kita ingin kembali menguatkan Bappenas," ujarnya.
Menurut Sofyan, Presiden Jokowi menginginkan perencanaan pembangunan lebih terkoordinasi dan maju. "Sebelum tahun anggaran dimulai, misalnya, anggaran tahun 2016, dari September (tahun 2015) sudah direncanakan dan lain-lain," ucapnya.
Selain itu, pemerintah sedang memperbaiki beberapa peraturan pemerintah dan peraturan presiden agar Bappenas tak hanya merencanakan secara makro, tapi juga perencanaan teknis. Hal itu dilakukan karena Presiden menilai ada yang terputus antara perencanaan dan eksekusinya.
Dia mencontohkan pembuatan bendungan di Meulaboh, Aceh, sebelas tahun lalu. Saluran primer dan sekundernya tidak dibangun sehingga sawah tetap kering. "Hal itu karena tidak ada yang mensinkronkan antar-kementerian," tuturnya.
Mantan Kepala Bappenas Andrinof Chaniago ingin Sofyan melanjutkan dan memperjuangkan proyek-proyek unggulan sesuai dengan rencana. Dia juga ingin agar Sofyan mengawal rencana-rencana Bappenas agar terealisasi.
Andrinof mengatakan Kepala Bappenas didukung staf peneliti perencana lebih dari 800 pegawai di Bappenas. Delapan puluh orang di antaranya bergelar doktor, 300 orang lebih bergelar master, dan sisanya sarjana S-1 lulusan terbaik universitas.
ALI HIDAYAT