TEMPO.CO, Bandung - Seorang mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung, I Dewa Gede Ary Palguna, 18 tahun, belum membayar uang kuliah tunggal sebesar Rp 4 juta per semester. Peraih penghargaan pada kompetisi Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) di Pittsburgh, Amerika Serikat, Mei lalu itu, berharap besar mendapat beasiswa dari pemerintah untuk membayar uang kuliah.
Sejauh ini kabar beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ataupun Kementerian Riset dan Teknologi belum jelas.
Ary bersama rekan timnya, I Kadek Sudiarsana, merupakan dua remaja Bali yang melakukan riset kain tenun gringsing. Keduanya lulusan SMAN Bali Mandara, sebuah sekolah khusus bagi anak-anak pintar dari kalangan kurang mampu.
Ary dari jurusan IPA, lolos ke Fakultas Matematika dan IPA (MIPA) ITB 2015 dari jalur undangan atau SNMPTN. "Saya tidak dapat beasiswa Bidik Misi karena gaji bapak Rp 3,2 juta, batasnya untuk beasiswa itu Rp 3 juta," katanya kepada Tempo.
Kawannya, Kadek dari jurusan IPS, diterima Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada 2015, dari jalur undangan dan mendapat beasiswa Bidik Misi. Menurut Ary, Kadek telah yatim piatu. "Beasiswa lomba dari pemerintah itu sangat berarti buat kami," ujar Ary.
Riset kain gringsing itu mereka garap sejak 2013. Kain tradisional khas Desa Tenganan, Karang Asem, Bali, itu langka dan hanya tersisa satu motif setelah belasan motif musnah akibat kebakaran kampung. Mereka membuat rumus matematika geometri fraktal untuk mengembangkan motif kain itu sebagai upaya pelestarian budaya sekaligus meningkatkan ekonomi pengrajin kainnya.
Sebelum dibawa ke Amerika, riset mereka telah meraih juara lomba sains dan matematika tingkat nasional. Yakni olimpiade matematika di Bali, Surabaya, dan Olimpiade Pelajar Seluruh Indonesia (OPSI) di Yogyakarta, semuanya pada kurun 2014. Sekarang walau terpencar, mereka masih berupaya agar motif kain gringsing fraktal karya mereka bisa terwujud dalam lembaran kain.
ANWAR SISWADI