TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo akhirnya mengganti susunan kabinetnya. Pada bidang ekonomi, Jokowi mengganti posisi Menteri Koordinator Perekonomian yang semula dijabat Sofyan Djalil dengan Darmin Nasution. Darmin, yang pernah menjabat Gubernur Bank Indonesia, rupanya sudah mengantongi agenda prioritas yang akan dikerjakan. "Tentu banyak yang mesti dikerjakan. Prioritas pertama itu pangan," katanya di Jakarta, Rabu, 12 Agustus 2015.
Darmin melihat persoalan pangan mempunyai kaitan dengan sektor lain. Beberapa masalah terdekat di antaranya ancaman kekeringan lahan pertanian, harga daging, dan inflasi.
Prioritas berikutnya ialah kebijakan fiskal, khususnya penerimaan dan pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. "Ini penting karena akan berkaitan dengan banyak sektor," ujar Darmin. Menurut dia, rencana pembangunan mesti melihat kondisi atau kemampuan APBN. Baik pangan maupun serapan APBN, Darmin melanjutkan, merupakan dua hal utama yang menjadi perhatian Presiden Jokowi.
Selain itu, masalah investasi rupanya tak luput dari perhatian Menko Darmin. Ia menyatakan ada kekurangan dari sisi investasi. "Ini wilayah tersendiri yang krusial dikerjakan," tuturnya. Darmin menilai kekurangan investasi yang berpengaruh pada modal masuk secara tidak langsung membuat pergerakan kurs fluktuatif.
Ihwal pertumbuhan ekonomi, Darmin enggan memasang target. Namun ia mengatakan pengeluaran APBN pada kuartal III dan IV akan tumbuh tinggi. "Tapi, kalau GDP-nya tidak naik banyak, pertumbuhan tidak akan berubah," ucap Darmin.
Analis Lucky Bayu Purnama menilai pergantian kabinet ekonomi tidak berpengaruh positif pada pasar keuangan hari ini. Hal itu bisa dilihat dari indeks harga saham gabungan yang malah makin terpuruk ke level 4.479 atau melemah 143,100 poin. Nilai tukar rupiah pun makin anjlok ke angka 13.758. "Untuk jangka pendek, pergantian kabinet belum bisa dirasakan," kata analis dari LBP Enterprises itu.
ADITYA BUDIMAN