TEMPO.CO, Sleman - Para aktivis demokrasi menggelar "Kemah Kedaulatan" di Bumi Perkemahan Lembah Merapi, Dusun Nganggring, Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Sleman, 14-17 Agustus 2015. Jaringan aktivis Pro-Demokrasi itu menggunakan tenda merah-putih untuk memperingati dan memaknai 70 tahun Indonesia merdeka.
"Ini bertujuan untuk merajut solidaritas nasional. Mengurus Tanah Air yang sudah porak-poranda ini butuh kekuatan gerakan pro-demokrasi pasca-reformasi," kata Ketua Majelis ProDEM, Desmond Junaidi Mahesa, di Sleman, Selasa, 11 Agustus 2015.
Ia menambahkan, para peserta kemah ini berasal dari jaringan aktivis Pro-Demokrasi. Kemah ini menyasar peserta kalangan aktivis dari seluruh wilayah Indonesia yang memiliki kepedulian dalam memperjuangkan demokrasi di berbagai sektor. Di antaranya kalangan aktivis petani, buruh, nelayan, warga miskin kota, mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat, seniman, pencinta alam, dan wartawan.
Selain itu, kegiatan ini melibatkan para alumnus Sekolah Politik Prodem, yang sudah mengikuti pendidikan di sembilan wilayah, meliputi Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Banten, Jawa Tengah/Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan.
Aktivis yang pernah diculik Tim Mawar pada 1998 itu menyatakan, dengan bertemunya banyak aktivis dalam Kemah Kedaulatan, diharapkan bisa tercetus ide untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. Ide-ide itu akan dibuat dalam rangkuman dan dicetak menjadi buku.
Saat ditemui di lokasi kemah, ia menambahkan, meskipun Indonesia telah memiliki perlengkapan sendiri, lengkap dengan badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, elite pemerintah belum menjalankan kewenangan sesuai dengan tujuan pendiri negara.
Begitu juga di bidang ekonomi, Indonesia masih terjajah meski kini bentuknya berupa neokolonialisme dan neoimperialisme. Meskipun sudah 70 tahun merdeka, kata dia, bangsa ini masih terjaga dalam bentuk lain.
Sedikitnya ada 200 tenda disiapkan untuk para peserta. Tenda kecil maupun besar sudah siap digunakan. Begitu pula panggung yang menjadi pusat lokasi acara. Untuk acara, selain diskusi, akan diadakan lomba-lomba buat memeriahkan tujuh belasan. Tak lupa, budayawan Emha Ainun Nadjib juga memeriahkan acara ini.
"Ini untuk menyambung silaturahim antar-para aktivis Pro-Demokrasi yang tersebar di seluruh Indonesia," kata dia.
Brotoseno, salah satu aktivis dan saat ini menjadi Komandan Tim SAR Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan jalinan para aktivis ini perlu dipererat. Untuk memberi kontribusi kepada negara, mereka mempunyai posisi yang sangat strategis. "Untuk menguatkan komitmen membangun negara yang sudah karut-marut ini," katanya.
M. SYAIFULLAH