TEMPO.CO , Pontianak - Jumlah titik panas (hotspot) di Kalimantan sejak awal tahun hingga 9 Agustus 2015 sebanyak 1.692. "Di mana 616 titik atau sekitar 36 persen ada di Kalimantan Barat," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan, F. Heru Widodo, Selasa, 11 Agustus 2015.
Data tersebut diperoleh dari satelit NOAA-18 milik pemerintah Amerika Serikat. Heru menjelaskan, Indonesia harus belajar dari tahun lalu, ketika pada Agustus-Oktober terjadi kebakaran hutan dan lahan yang cukup parah di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Sebagai langkah antisipasi, kata Heru, harus dikakukan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC). Operasi ini perlu dilakukan untuk membasahi lahan-lahan gambut dan pengisian embung-embung penampungan air untuk mencegah atau meminimalkan jumlah titik panas.
Koordinator Lapangan Operasi TMC, Sutrisno, menambahkan, pada periode Maret-April 2015, dan Juni 2015 hingga saat ini, operasi TMC dilakukan di wilayah Riau. Sejak 9 Juli hingga saat ini, operasi TMC dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan.
Pelaksanaan operasi TMC di Kalimantan Barat dimulai pada 11 Agustus 2015. Posko utama bertempat di Pangkalan Udara Supadio, Pontianak. Untuk membantu pengamatan cuaca dan kondisi awan di wilayah target, telah ditempatkan personel di dua lokasi Pos Pengamatan Meteorologi (Posmet), yakni di Sekadau dan Teraju.
Sutrisno menjelaskan, hasil pengamatan cuaca dan potensi awan akan dilaporkan setiap saat oleh petugas dari Posmet kepada tim pelaksana di Posko. Kemudian dianalisis dan dijadikan masukan guna menentukan strategis pelaksanaan penyemaian awan setiap harinya.
ASEANTY PAHLEVI